"Bila seseorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk." (HR. Muslim no. 2995)

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah RA, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika ada diantara kalian yang bersin lalu mengucapkan hamdalah, maka setiap Muslim yang mendengarnya wajib menjawabnya. Sedangkan menguap sesungguhnya berasal dari syetan, maka tahanlah semampunya. Dan bila ia mengatakan 'haaahh', maka setan akan tertawa." (HR. Bukhari No. 6223).

Mengapa Allah menyukai bersin dan membenci menguap? Al-Khatthabi  mengatakan, sifat suka dan benci terpulang kepada sebabnya. Bersin disebabkan oleh kondisi tubuh yang enteng, terbukanya pori-pori, dan perut yang tidak kenyang. Sebaliknya, menguap terjadi karena kondisi tubuh yang berat akibat konsumsi makanan yang berlebihan dan beraneka ragam. Kondisi yang pertama menjadikan pelakunya semangat beribadah, sedangkan kondisi yang kedua sebaliknya.

Adapun menurut kedokteran modern, menguap terjadi karena otak dan tubuh memerlukan oksigen dan nutrisi. Hal ini dipicu menurunnya kinerja sistem pernafasan dalam menyuplai oksigen ke otak dan tubuh. Sama halnya dengan orang yang mengantuk, pingsan dan sekarat.

Menguap adalah tarikan nafas yang dalam melalui rongga mulut. Sedangkan mulut sendiri tidak diciptakan sebagai alat pernafasan alami. Hal ini karena mulut tidak dilengkapi dengan sistem penyaring udara sebagaimana pada hidung. Jika mulut terbuka lebar saat menguap, masuklah berbagai mikroba, debu dan polutan bersama udara yang terhirup. Jadi, pantaslah bila menguap dinisbatkan kepada syetan, karena ia membawa mudharat kepada manusia.

Sebab itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita agar menahannya sebisa mungkin. Atau menutup mulut dengan tangan saat menguap. (H.R. Tirmidzi dengan derajat hasan shahih)

Sedangkan bersin adalah kebalikannya menguap. Serangan yang bersifat kuat dan mendadak, menghembuskan udara bertekanan tinggi dari paru-paru melalui hidung dan mulut. Hembusan tadi ikut menyeret mikroba, debu, dan polutan yang sempat masuk ke sistem pernafasan. Manfaat lain dari bersin ialah sebagai refreshing. Kejutan yang dirasakan saat bersin akan menyegarkan urat-urat syaraf dan memulihkan konsentrasi. Sebab itulah, pantas sekali bersin dinisbatkan kepada Allah, karena ia mengandung manfaat bagi badan.

Berangkat dari sini, kita diperintahkan untuk bersyukur dengan mengucapkan hamdalah setelah bersin. Dan bagi yang mendengar ucapan tersebut hendaklah menjawabnya dengan kata yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Lalu yang bersin membalas dengan ucapan yahdiikumullaah wa yushilihu baalakum (semoga Allah memberimu hidayah dan memperbaiki keadaanmu). Demikian menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam sahihnya.

Hikmah di Balik Doa Bagi yang Bersin
Dalam kitab yang terkenal, Miftaah Daaris Sa'aadah, Ibnul Qayyim mengatakan, orang-orang jahiliyah, biasanya jika mendengar orang bersin dari orang yang mereka sukai, mereka mengatakan, umran wa syabaaban! (semoga panjang umur dan awet muda). Namun bila yang bersin adalah orang yang mereka benci, mereka mengatakan waryan wa quhaaban! (semoga batuk dan sakit hati). Bila mereka mendengar bersin yang dianggap membawa sial, mereka mengatakan bika, laa bii. Inni asalullaha an yaj'ala syu'ma 'uthaasika bika, laa bii (semoga mengenaimu dan tidak mengenaiku. Aku berharap kepada Allah agar kesialan bersinmu mengenaimu dan tidak mengenaiku).

Menurut Ibnul Qayyim, orang jahiliyah menganggap bahwa makin keras bersin yang terdengar, makin besar pula kesialan yang dibawanya. Dikisahkan, seorang raja sedang asyik mengobrol dengan teman bicaranya. Tiba-tiba teman bicara raja bersin dengan keras sekali sehingga membuat raja ketakutan. Raja pun murka kepadanya.

Namun temannya berkata, "Demi Allah, ini bukanlah kesengajaan, namun memang seperti itulah bersinku."

"Demi Allah, jika engkau tidak bisa mendatangkan saksi bagimu, maka kau akan kubunuh!" kata Sang Raja.

"Baiklah, izinkan aku keluar menemui orang-orang. Semoga ada di antara mereka yang bersaksi untukku."

Maka Raja menyuruhnya keluar dengan pengawalan sejumlah pasukan. Ia berjumpa dengan seseorang dan langsung bertanya, "Wahai tuanku, kuminta engkau dengan nama Allah. Bila engkau pernah mendengarku bersin, bersaksilah di hadapan Raja."

"Baiklah, aku akan bersaksi untukmu," jawab orang itu. Ia pun berangkat bersamanya dan berkata di hadapan Raja, "Wahai Raja, aku bersaksi bahwa pada suatu hari orang ini pernah bersin hinggi gigi gerahamnya  lepas satu!"

Sang Raja berkata kepada teman bicaranya, "Baiklah kalau begitu. Kembalilah ke majelismu dan lanjutkan pembicaraanmu."

Ibnul Qayyim rahimahullah lantas mengatakan, "Nah, ketika Islam datang, Allah membatalkan semua tradisi jahiliyah yang sesat tadi melalui sunah Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas melarang umatnya untuk beranggapan sial dan mengaitkan kemujuran atau kesialan dengan bersin. Beliau mengajarkan agar doa jelek bagi orang yang bersin diganti dengan doa agar mendapat rahmat. Beliau juga mengajarkan agar bersin mendoakan orang yang mendengar bersinnya supaya mendapat hidayah dan keadaan yang baik. Yaitu dengan mengatakan yahdiikumullahu wa yush-lihu baalakum.

Hikmahnya, yang mendengar bersin meninggalkan tradisi jahiliyah dan mengamalkan sunah Nabi dengan mengatakan yarhamukallah. Ia pantas didoakan agar tetap istiqomah dan mendapat hidayah serta diperbaiki keadaannya. Ini merupakan doa agar Allah memperbaiki seluruh keadaannya.Baik di dunia maupun di akhirat. Jadi, doa yang terakhir ini merupakan rasa syukur terhadap saudaranya se-Islam yang telah mendoakan rahmat baginya.

Jadi, sangat tepat  bila mendoakan yang bersin kembali mendoakan saudarannya agar Allah memperbaiki keadaannya," lanjut Ibnul Qayyim.

Bagaimana Jika Lupa Membaca "Hamdalah"
Menurut Ibnul Qayyim, tidak perlu diingatkan, sebab Nabi juga tidak mengingatkan orang yang bersin di samping beliau, lalu tidak membaca hamdalah. Sedangkan menurut Imam Nawawi, perlu diingatkan. Sebab termasuk tolong-menolong dalam kebajikan.

Adapun Imam Ahmad bin Hambal memiliki cara unik dalam hal ini. Dikisahkan oleh Al-Marudzi, ada seseorang yang bersin di samping Imam Ahmad, namun tidak mengucapkan hamdalah. Imam Ahmad tetap menunggunya agar mengucapkan hamdalah supaya beliau bisa menjawabnya. Ketika orang itu hendak bangkit, beliau bertanya,
"Apa yang kau ucapkan bila dirimu bersin?"
"Alhamdulillah," jawab orang itu.
Imam Ahmad pun menukas, "Yarhamukallah."

Bagaimana Bila Ia Bersin Berulang Kali?
Jika yang bersangkutan telah bersin berkali-kali, dan ia selalu mengatakan alhamdulillah, maka yang mendengar wajib menjawab yarhamukallah sebanyak tiga kali. Adapun bila ia bersin lagi, maka cukuplah dijawab anta mazkuum (engkau sedang flu), sebagaimana dalam hadits sahih riwayat Tirmidzi. Imam Tirmidzi lantas menjelaskan, sebagaimana bahwa ungkapan anta mazkuum diucapkan saat mendengar bersin yang ketiga, dan sebagian lainnya menempatkannya pada bersin yang keempat.

Intinya, yang menjadi ukuran ialah berapa kali ia mengucapkan hamdalah, dan bukan berapa kali ia bersin. Demikian menurut Imam Ahmad sebagaimana yang dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Wallaahu ta'ala a'lam.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.35 Thn.XLI, 3 Dzulqa'dah 1435 H/ 29 Agustus 2014 M Oleh Sufyan Baswedan, M.A.)

Post a Comment

 
Top