''Surga itu di bawah telapak kaki ibu.'' Artis sinetron Berliana Febrianti mengutip Hadis Rasulullah Muhammad SAW itu tidak sedang berceramah agama. Juga tidak sedang menasihati anak-anak. Ia mengatakan hal itu, menceritakan pengalamannya saat melahirkan kedua anaknya. ''Melahirkan itu rasanya sakit sekali. Belum lagi membayangkan bagaimana nantinya nasib anak yang akan dilahirkan. Kita kan tidak tahu sama sekali apa yang bakal terjadi,'' tutur istri dari Teuku Muhammad Refikasyah ini.

Menurut artis kelahiran Jakarta, 21 Februari 1973 ini, saat dalam proses melahirkan, yang teringat olehnya justru nasib anaknya: apakah akan lahir dengan sehat dan selamat, apakah cacat, dan sebagainya. Rasa sakit karena melahirkan sudah tak terasa lagi, dikalahkan oleh bayang-bayang anak yang akan keluar dari rahimnya. ''Itu yang muncul dalam benak saya. Saya rasa semua wanita sama, kita akan berkorban bahkan nyawa sekalipun untuk anak kita,'' ujarnya sembari menambahkan, sejak kelahiran anak pertama ia semakin cinta dan hormat kepada ibunya. ''Karena saya mengalami sendiri bagaimana sakitnya seorang ibu saat melahirkan anak-anaknya.''

Sejak kelahiran anak pertama dan kemudian kedua, Lia panggilan sehari-hari Berliana Febrianti  mengaku semakin memahami ajaran Islam yang menempatkan ibu sebagai sosok yang paling dihormati. ''Seperti yang dikatakan Rasulullah bahwa yang pertama harus kita hormati adalah ibu. Rasulullah menyebut hingga tiga kali, baru kemudian bapak,'' ujar Lia mengutip sebuah Hadis.

Lia menuturkan, untuk persiapan proses melahirkan, selain mengikuti petunjuk medis dari dokter, ia juga mempersiapkan diri dari segi mental-spiritual. ''Melahirkan itu berarti mempertaruhkan nyawa. Dokter hanya membantu, sedangkan nasib ibu dan anaknya ada pada Allah SWT,'' ia menjelaskan. Persiapan mental-spiritual itu, Lia menerjemahkannya dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Antara lain dengan memperbanyak membaca surat Yasin, Al-Fatikhah, surat Yusuf, Maryam, dan melengkapinya dengan berbagai doa.

Lia mengaku beruntung mempunyai buku kumpulan doa khusus untuk orang yang akan melahirkan. Buku itu sudah ia miliki sejak mengandung anak pertamanya dan ia simpan untuk persiapan kelahiran anak kedua dan seterusnya. Sepanjang mengandung anaknya, buku itu selalu menemaninya kemana pun ia pergi. Menurut Lia, setelah membaca doa, ia merasa lebih tenang. ''Saya merasa plong. Saya secara total sudah berserah diri kepada Sang Pencipta. Selanjutnya kalau terjadi apa-apa, itu kehendak dan kuasa Allah,'' ungkap ibu dua anak ini.

Lia menambahkan, selain persiapan dari dirinya, suaminya juga sangat mendukung dan membantunya dari sejak kehamilan hingga melahirkan. Bahkan suaminya juga terus mendampinginya saat ia dalam proses melahirkan. ''Suami saya sangat tenang ketika menemani saya dalam proses melahirkan. Ini jelas sangat membantu saya,'' ujar ibu dari Teuku Muhammad Refansyah Refikasyah dan Shayla Azalea Refikasyah ini.

Menurutnya, tugas orang tua sangat berat untuk membesarkan anak-anaknya. Ia menyatakan, 'hitam putih' anak akan sangat dipengaruhi kedua orangtuanya. Karena itu, lanjut Lia, ia dan suaminya berupaya mengenalkan ajaran agama sejak sedini mungkin usia anak-anaknya. Misalnya, dengan mengucapkan Assalamu 'alaikum ... saat akan pergi maupun pulang ke rumah kepada mereka.

Lia merasa senang ketika anak pertamanya menyenangi lagu anak-anak yang bertema Islami. ''Lagu-lagu Islam anak-anak sekarang kan bagus-bagus, dari situ anak saya jadi hafal dan mulai banyak tanya,'' katanya. Yang ditanyakan anak, lanjut Lia, misalnya siapa Allah itu, karena anak-anak tentu belum tahu Allah itu seperti apa. ''Saya lalu menjelaskan bahwa Allah itu seperti dalam lagu itu. Saya jelasin pada anak saya bahwa Allah itu bukan manusia seperti kita, Allah bukan patung, Allah bukan hewan, Dia lebih tinggi lagi.''

Dengan sabar, Lia menjelaskan satu per satu ajaran agama kepada anaknya. Dari situ, kata Lia, anaknya mulai mengerti. ''Misalnya ketika anak pertama saya mengganggu adiknya, saya bilang, itu tangan siapa yang kasih? Dia bilang Allah. Allah kasih tangan untuk apa? Anakku jawab untuk menyayang. Ya sudah, tidak boleh pukul adik.''

Lia menuturkan, meskipun tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya sangat besar, namun di sisi lain anak merupakan karunia dari Allah yang harus disyukuri. Mereka merupakan perekat orangtua yang sekaligus penghibur. ''Selain itu, dengan memiliki anak hidup kita menjadi terarah. Tujuan hidup kita menjadi jelas,'' katanya. Dengan kelahiran kedua anaknya, Lia mengaku semakin lengkap hidupnya. ''Semua itu sungguh saya syukuri. Saya telah diberi suami yang baik dan bertanggung-jawab, karir yang bagus, dan anak-anak yang menyenangkan,'' ujar artis yang melejit lewat sinetron 'Noktah Merah Perkawinan'.

Lia mulai dikenal masyarakat sejak bermain sebagai Ambar dalam sinetron 'Noktah Merah Perkawinan'. Aktingnya sangat mengesankan, terutama bagi ibu-ibu rumah-tangga. Namun, katanya, ketenaran bukanlah tujuan. Ia menjalani pekerjaan sebagai artis hanya sekadar profesi. ''Kebetulan saya menyukai profesi itu.'' Menurutnya, ketenaran hanyalah konsekuensi dari perkerjaan yang mau tidak mau harus dijalankannya. ''Saya kadang juga ingin sendiri dan tetap cuek saat di tempat umum. Tapi, ya sudah risiko yang harus diterima,'' katanya.

Ditanya tentang peran yang sangat berkesan selama berkarir sebagai artis, Lia menunjuk film 'Putisi tak Terkuburkan' garapan sutradara Garin Nugroho. Lia lalu menceritakan pengalamannya saat main di film yang berlatarbelakang budaya Aceh itu. Menurutnya, Islam di sana sudah berbaur dengan budaya. Dari lagu-lagu yang dinyanyikan beramai-ramai (didong), liriknya kental sekali dengan nuansa Islam. Lia merasa terbawa dalam keseharian orang-orang Gayo di Aceh.

Lia lalu bercerita tentang kesannya yang sangat mendalam tentang Masjidil Haram. Misalnya, bagaimana rasa bangga dan sekaligus bersyukur ketika melihat dari dekat Ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam sedunia.

Sepanjang ibadah, ia idak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur itu. ''Pokoknya di sana setiap langkah yang diucapkan rasa syukur terus deh, karena diberi kesempatan ke Tanah Suci,'' ujar bintang iklan ini. Ketika melaksanakan thawaf, Lia sempat berpikir tidak akan mungkin mencium Hajar Aswad karena ia berada pada lapisan paling luar. ''Tapi tiba-tiba ibu saya ada di depan saya padahal tadinya tidak bareng, terus saya ditarik dan didorong terus hingga sampai ke depan,'' kenang putri pasangan Sugeng Kartorejo dan Pertiwi ini.

Menurut Lia, mungkin karena ibunya sudah pernah naik haji, sudah tahu bagaimana agar bisa mencium Hajar Aswad. Sejak saat itu, ia terus penasaran dan ingin mencium lagi batu hitam di pojok Ka'bah itu. ''Sampai sekarang Hajar Aswad itu terus terbayang dalam diri saya.''

(sumber:Republika.co.id)

Post a Comment

 
Top