Secara rohani, petunjuk Tuhan (hidayah) dapat dipandang sebagai pangkal dari semua kebaikan. Manusia tidak mungkin menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah. Firman-Nya, ''Tuhan kami adalah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kepadanya, kemudian memberinya petunjuk.'' (Thaha: 50).

Menurut ulama besar Syekh Muhammad Abduh, petunjuk Allah itu mencakup empat macam, yaitu petunjuk instink atau naluri (hidayat al-wujdan), petunjuk pancaindera (hidayat al-hawas), petunjuk akal pikiran (hidayat al-'aql), dan petunjuk agama (hidayat al-din).

Tanpa keempat macam petunjuk di atas, manusia tentu tidak mungkin bisa hidup dan membangun
kehidupannya dengan baik di muka bumi. Rasyid Ridha, murid Abduh, menambahkan satu bentuk hidayah yang lain lagi yang dinamakan 'inayah atau ma'unatullah, yaitu pertolongan dari Allah SWT.

Dilihat dari segi tingkatannya, hidayah itu menurut Imam Ghazali ada tiga macam. Pertama,
berupa kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan. Kedua, berupa peningkatan
kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu.

Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, kualitas ilmu, dan kualitas kerja. Ketiga, berupa pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightenment. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai
tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah).

Bagi al-Ghazali, inilah tingkatan hidayah dalam bentuknya yang paling tinggi. ''Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?'' (Al-Zumar: 22).

(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/07/12/94-menggapai-petunjuk-tuhan)

Post a Comment

 
Top