keutamaan bersahaja

Bersahaja dalam segala tindakan adalah sikap yang sangat dianjurkan oleh Islam. Dengan sikap ini akan dapat dihindari tindakan over acting, dibuat-buat, atau rekayasa. Dengan sikap ini pula seseorang berbuat apa adanya sesuai dengan kapasitas masing-masing, tidak dengan memaksakan diri.

Dalam hal makan dan minum, misalnya, Allah telah berfirman: Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan (Q. S. 7: 31). Perut kita sudah punya takaran untuk memuat makanan yang cukup untuk menjaga tegaknya tubuh kita, agar dapat beribadah kepada-Nya. Kelebihan jumlah makanan yang dimuat tubuh, bukan berakibat lebih baik bagi tubuh kita, namun malah bisa menimbulkan penyakit.

Juga kita diperintahkan untuk sederhana, tidak angkuh dalam berkata dan bertingkah. Firman Allah SWT: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu (Q. S. 31: 18-19).

Dalam membelanjakan harta pun, kita diperintahkan jangan boros (Q. S. 17: 26 dan 6: 141), namun jangan pula pelit (Q. S. 4: 36-37 dan 47: 37). Bahkan dalam beribadah mahdlah (ritual) pun kita dilarang oleh Rasulullah untuk berlebih-lebihan. Dikisahkan, ada tiga orang sahabat yang pergi ke rumah Rasulullah SAW untuk mengetahui bagaimana ibadah Beliau. Ketiga orang tersebut mendapat penjelasan dari istri Beliau bagaimana baiknya ibadah Rasulullah, baik salatnya, puasanya, zakatnya, dan sebagainya.

Setelah mendengar cerita tentang baiknya ibadah Rasulullah SAW, ketiga orang tersebut merasa bahwa yang dilakukan belum apa-apa dibandingkan Rasulullah. Sebab Rasulullah yang sudah ma'shum (terpelihara) saja demikian ibadahnya. Mereka lalu berketetapan: yang satu akan salat sepanjang malam, satunya lagi akan berpuasa terus-menerus, sedangkan orang yang ketiga tidak akan kawin agar tidak disibukkan dalam urusan keluarga, sehingga dapat mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, dan waktunya untuk beribadah.

Tatkala mendengar ketetapan ketiga sahabat tersebut, Rasulullah SAW memanggil mereka dan memberi penjelasan bahwa Beliau salat tetapi juga tidur. Beliau puasa, namun juga berbuka (tidak terus-menerus). Beliau juga menikah, bahkan yang tidak menikah dikatakan bukan umatnya. Dari kisah tersebut dapatlah ditarik pelajaran bahwa hendaknya kita jangan berlebih-lebihan dalam berbuat, termasuk dalam beribadah kepada Allah. Berlebihan berarti melampaui batas, sedangkan Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas (Q. S. 6: 141).


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/09/12/2534-bersahaja)

Post a Comment

 
Top