Ada sebuah doa, "... waj'alna lil muttaqiina imaama" (... jadikanlah  kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa). Kita harus bersungguh-sungguh mengupayakan diri dan keluarga kita menjadi  pemimpin dan anutan bagi orang-orang yang bertakwa karena ada pemimpin  untuk kejahatan, kezaliman dan kemaksiatan. Naudzubillah.

Nabi Muhammmad SAW adalah seorang pemimpin yang begitu mulia akhlaknya.  Empat karakter kepemimpinan Rasulullah SAW yang harus kita teladani yaitu  shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Semoga dengan karunia  Allah kita bisa sedikit demi sedikit mencontohnya melalui bahasan  sederhana yang mudah-mudahan dapat dipraktikkan (walau sekecil apapun)  dalam kehidupan sehari-hari.

Shiddiq adalah orang yang membenarkan kebenaran, orang yang hidupnya  benar dan terus menerus menyosialisasikan kebenaran sampai akhir hayatnya.  Syarat pertama yang harus dimiliki pemimpin yang shiddiq adalah niat  yang benar. Setiap pemimpin harus bertanya, "Apa sebenarnya niat saya menjadi  pemimpin? Apakah hanya sekadar untuk meraup kekuasaan, agar bisa  memerintah, untuk mendapatkan jabatan, atau agar dihormati dan disegani  orang lain?" Kalau niat menjadi pemimpin semata-mata karena embel-embel duniawi seperti  di atas, maka ia tidak akan ada di hati orang-orang yang dipimpinnya,  karena itu hanyalah topeng, maka di manapun  dia memimpin dia akan jatuh.

Seharusnya niat menjadi pemimpin adalah sebagai cerminan rasa syukur  terhadap pengalaman, wawasan dan kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT,  agar semuanya itu dapat bermanfaat bagi sebesar-besar kepentingan umat. Juga sebagai sarana untuk menyosialisasikan nilai-nilai kemuliaan Islam  dan akhlak yang baik.Misalnya, jika diamanahi menjadi seorang rektor, kita dapat mengatur  kampus agar tidak sekadar menghasilkan para sarjana, tetapi  juga dapat membentuk para sarjana yang berakhlak mulia. Jika niat salah,  maka amal akan salah, karena semua amal tergantung niat.

Yang kedua, pemimpin yang shiddiq tampak dari perkataannya yang selalu  benar, tidak pernah berbohong, menambahi atau menutupi sesuatu agar tampak  lebih baik dari kenyataannya. Perkataannya benar-benar dapat  dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, lihatlah seorang pemimpin dari perkataannya. Jika ada  yang bohong, apalagi mengatakan kebohongan publik, maka berhati-hatilah.  Sekali berbohong, maka ia tidak akan dipercaya lagi. Oleh karena itu kita  harus bersungguh-sungguh menjaga agar setiap patah kata kita selalu benar.

Yang ketiga adalah berfikir benar. Tidak boleh pemimpin berfikir licik,  menjatuhkan seseorang, menyebarkan isu dan fitnah. Bagaimana mungkin ia  layak menjadi pemimpin jika memperolehnya dengan cara yang tidak benar.  Tidak jarang seseorang yang menyuap demi mendapatkan suatu jabatan,  setelah mendapatkannya ia berusaha untuk mengembalikan suapannya dengan  cara-cara yang tidak benar. Pemimpin yang niatnya salah maka cara  memperoleh dan berfikirnyapun akan salah.

Pemimpin yang benar itu seperti piramida terbalik, dia berfikir bagaimana  mengeksploitasi kemampuan dirinya agar masyarakat bisa menjadi lebih baik.  Tetapi pemimpin yang salah dia berfikir bagaimana masyarakat bisa  dieksploitasi uang, tenaga dan hartanya. Ia lebih sibuk mengeksploitasi  masyarakat untuk kepentingan dirinya daripada membangun masyarakat. Pemimpin demikian tidak akan pernah dicintai.

Yang keempat adalah berbuat benar. Pemimpin yang shiddiq akan  bersungguh-sungguh berupaya agar hidupnya berada di jalan yang disukai  Allah. Ia tidak pernah bermain-main dengan ketidakjujuran, tidak pernah  berfikir licik, tidak pernah ada kecacatan dengan masalah keuangan, tidak  tamak dan serakah. Ia tidak akan kecewa posisinya dimutasi, jika  sudah berupaya jujur dan  benar. Ia tidak akan khawatir diturunkan jabatannya, jika posisinya  menjadi lebih berpengaruh. Ia tidak akan risau disisihkan oleh manusia,  asalkan kedudukannya di sisi Allah semakin meningkat.

Karena sebenarnya  kepemimpinan itu bukan pada jabatan, tetapi pada kemampuan untuk  mempengaruhi dalam kebaikan. Orang bisa bersikap benar jika ia mempunyai iman kepada Allah, sehingga ia  tidak takut caci maki, cercaan, hinaan dan ancaman manusia, buah dari  keyakinan bahwa Allah Mahaadil dan Mahamenyaksikan.  Akan datang suatu masa di mana masyarakat Indonesia hanya mau memilih  pemimpin yang track record, perjalanan kariernya baik dan bersih dari  awal.Jika kini masih sukar ditemui pemimpin demikian, maka marilah kita bangun  track record kita dari sekarang dengan menjadi orang yang shiddiq, benar tepercaya.  

REPUBLIKA - Jumat, 09 Agustus 2002 Oleh Abdullah Gymnastiar  


(sumber:republika.co.id)
Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

Post a Comment

  1. Subhanallah hikmah yang luar biasa, semoga dapat menjadi pembelajaran bagi generasi bangsa ini...

    ReplyDelete

 
Top