Islam menekankan tentang pentingnya membina kemuliaan diri. Untuk meraih kemuliaan diri itu, di antaranya Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar rajin bekerja. Sebab bekerja merupakan ikhtiar untuk meraih penghidupan yang lebih layak. Dan kehidupan yang layak itu merupakan salah satu modal untuk meraih hidup mulia di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus modal untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat. Firman Allah: "Carilah kebahagiaan hidup di akhirat, tapi jangan lupakan kebahagiaan hidupmu di dunia" (Q. S. 28: 77).

Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan sangat bangga terhadap lelaki yang telapak tangannya kasar karena mencari kayu bakar untuk dijual ke pasar demi menghidupi keluarganya. Salah satu ajaran Islam yang sangat mengesankan tentang bekerja barangkali bisa kita simak dari hadis Nabi SAW ini: Kalau hari kiamat sudah hampir tiba, sedangkan di tanganmu ada bibit tanaman korma, tanamlah. Mudah-mudahan engkau akan mendapatkan pahala.

Makna tersurat dari hadis tadi sangat jelas: rajin dan tekun bekerja. Tanamlah bibit tanaman itu, jangan pedulikan apapun yang terjadi esok hari. Kalaupun kita sempat tidak memetik hasilnya, kita pasti mendapatkan pahala, asalkan ikhlas. Seperti seorang kakek tua yang menanam bibit kelapa tanpa mempedulikan usianya. Sebab dia yakin, meskipun dia tidak keburu memetiknya, hasil tanaman itu akan dinikmati oleh anak cucunya. Tapi makna tersirat hadis di atas jauh lebih luas lagi: Tanamlah kebaikan di mana, kapan, dan dalam keadaan bagaimanapun. Tebarlah kebaikan kepada keluarga, kerabat, tetangga, teman sekantor, orang yang kesulitan, bahkan kepada orang nonmuslim sekalipun. Bukankah Islam merupakan rahmat bagi seluruh manusia? Dengan kata lain, kemuliaan diri itu sesungguhnya bila diri kita banyak memberi manfaat kepada orang lain.

Alangkah banyak pintu kebaikan, dan setiap kita mempunyai kesempatan amat luas untuk melakukannya. Tak usah berharap kebaikan itu akan berbalas dari orang-orang yang menerimanya. Allah lebih tahu membalas kebaikan hamba-hamba-Nya. Kalaupun kita tidak menikmati buah kebaikan itu di dunia, Allah sudah menyediakan balasannya di akhirat. Sesungging senyum dan sapaan ramah adalah sebuah kebaikan. Nabi mengatakan, menyingkirkan duri dan halangan dari jalan merupakan sedekah. Bahkan sekadar memberi petunjuk kepada orang yang bertanya mengenai suatu alamat pun merupakan sebuah kebaikan.

Dalam satu riwayat ada disebutkan seorang wanita pelacur yang diangkat derajatnya lantaran semasa hidupnya pernah menolong seekor anjing yang hampir mati kehausan di tengah gurun kerontang. Nabi pernah menegur salah seorang sahabat yang menyia-nyiakan seekor unta tua, padahal saat masih muda dan gagah, unta itu merupakan andalannya dalam mencari nafkah.


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/11/01/11104-membina-kemuliaan-diri)

Post a Comment

 
Top