Wahai, segenap manusia! Jibril a.s. telah datang dan menyampaikan salam dari Tuhanku dan berkata, "Sesungguhnya Allah 'azza wa Jalla telah mengampuni ahli Arafah dan ahli Masy'ar serta menjamin mereka hal-hal berikutnya." - Nabi Muhammad saw

Yang unik dari ibadah haji adalah bahwa di Tanah Suci para jemaah bisa berdialog dengan Allah Azza wa Jalla secara pribadi. Artinya, dialog pribadi ini berbeda dengan kondisi ketika berdialog dengan Tuhan di rumah atau di masjid masing-masing, di desa atau kota. Barangkali karena para jemaah haji berkumpul bersama dari seluruh bumi yang jumlahnya mencapai sekitar dua setengah juta jiwa itu. Di tiap pojok masjid atau penginapan di Tanah Suci, setiap jemaah mempersembahkan urusan pribadinya kepada Tuhan secara sungguh-sungguh. Dari sini nampak bahwa setiap jemaah tak mau kehilangan saat yang tepat untuk "bertatap muka dengan Allah".

Hadis riwayat Anas bin Malik r.a. di atas mencatat kesaksian Rasulullah di padang Arafah. Doa Nabi yang sungguh-sungguh, telah dijawab Allah dengan mengirim Malaikat Jibril a.s. dengan membawa pesan. Ada interaksi. Ada rasa syukur yang dikaruniai belas kasih. Ada rasa tanggung jawab besar yang dikaruniai kemudahan pelaksanaannya.

Di Tanah Suci inilah para jemaah mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menyatakan uneg-uneg, isi hati, kepada Tuhan. Bahkan Allah telah mengampuni para jemaah, suatu kesaksian betapa luhurnya padang Arafah sebagai tempat wukuf. Hal ini dicatat, setelah Rasul bersabda seperti di atas, Umar bin Khatab r.a. bertanya: "Ya, Rasulullah. Apakah hal itu khusus untuk kami?" Nabi menjawab: "Untuk kalian dan untuk mereka yang datang sesudah kalian, sampai hari kiamat."


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/12/07/18803-ampunan-allah)

Post a Comment

 
Top