"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui". (Q.S. Al-Israa' [17] : 1)
Peristiwa Isra' dan Mi'rajnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan peristiwa besar sepanjang sejarah, peristiwa ini merupakan bukti kekuasaan Allah `azza wa jalla yang telah menjalankan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina kemudian mi'raj naik sampai ke langit ke tujuh kemudian sidratul muntaha hanya dalam semalam.

Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra' Mi'raj yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra' Mi'raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra' Mi'raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra' dan Mi'raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialamiya semalam kepada kaumnya.

Dan sebagai mana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra' Mi'raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukan dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan 'gila'. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekkah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga sebulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra' Mi'raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.

Banyak orang yang kemudian merayakan Isra' dan Mi'raj ini dengan berbagai acara yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan tidak juga oleh para Sahabatnya dan pada umumnya malam Isra' dan Mi'raj ini dilakukan pada malam tanggal 27 bulan Rajab.

Namun demikian, pendapat 27 Rajab tahun ke-10 dari Kenabian ini bukanlah pendapat yang benar dengan petimbangan bahwa Khadijah meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian sedangkan pada saat meninggalnya belum ada kewajiban shalat lima waktu sedangkan shalat lima waktu sedangkan shalat lima waktu baru diwajibkan pada malam Isra' dan Mi'raj.

Bagi kita umat di penghujung zaman ini, dapat memetik banyak hikmah dari peristiwa besar ini, di antaranya:

Pertama, Tingginya Nilai Shalat Lima Waktu.
Hikmah dari peristiwa Isra' dan Mi'raj yang terpenting adalah diwajibkannya shalat lima waktu, kewajiban shalat ini disampaikan langsung antara Allah dan Rasul-Nya di tempat yang lebih atas dari langit ke tujuh, tentunya hal ini menunjukkan urgensi dan tingginya nilai shalat, tidak ada seorang pun yang boleh mensia-siakan shalatnya, dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya amal yang pertama kali diperhitungkan (hisab) dari seorang hamba Muslim pada hari kiamat adalah perihal shalat wajibnya, jika dia menyempurnakannya, jika tidak  akan dikatakan kepadanya : "lihatlah apakah ada shalat sunnahnya?, jika dia memiliki amal shalat sunnah maka shalat wajibnya akan disempurnakan dengan shalat sunnahnya, barulah setelah itu diperhitungkanlah amalan-amalan yang wajib yang lainnya sebagaimana itu" (H.R. Ibnu Majah)

Dengan shalat seorang hamba mengingat Allah `azza wa jalla, menundukkan diri kepada-Nya, memuji-Nya dan memohon kepada-Nya, jika shalat telah tertanam dalam jiwa seorang Muslim, shalatnya menjadi benteng yang akan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan munkar.

Tingginya nilai shalat lima waktu juga tercermin dari keutamaannya, dalam sebuah dialog Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap para Sahabatnya, beliau bertanya, "Bagaimana menurut kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu seorang di antara kalian, yang di sana ia dapat mandi dalam sehari lima kali, apa yang akan kalian katakan? Apakah masih tersisa daki-dakinya?. Mereka menjawab, "Tidak ada daki-dakinya yang tersisa sedikitpun", Beliau bersabda, "Demikianlah pemisalan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus segala dosa" (H.R. Imam Ahmad)

Kedua, Meneguhkan Hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Perjuangan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebabkan banyak gangguan yang dialaminya, didustakan oleh kaumnya, bahkan sebelum terjadinya Isra' Mi'raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditinggalkan wafat oleh orang-orang yang dicintainya terutama istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib yang keduanya banyak berperan dalam membela diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Melalui peristiwa ini Allah telah meneguthkan hati Rasul-Nya, apalagi dalam peristiwa ini telah banyak ditampakkan tanda-tanda kekuasaan Allah ... Ibnu Qayyim berkata, "Menurut riwayat yang shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Isra'kan dengan jasadnya. Dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis. Dengan menaiki Buraq yang disertai Jibril, lalu turun di sana dan shalat mengimami para Nabi yang lain."

Hikmahnya bagi kita, terutama orang-orang yang berdakwah untuk agama Allah ini, antara lain hendaknya hal-ihwal sekitar peristiwa ini dapat kita baca sehingga kita menyakini bahwa pertolongan Rasul-Nya itu benar ada, karena Allah adalah Maha Kuasa atas segala apa pun, Dia akan menolong Rasul-Nya dan orang-orang yang berjuang untuk agamanya, Allah `azza wa jalla berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-'Ankabut : 69)

Ketiga, Menguji Nilai Keimanan Manusia Sepanjang Masa
Peristiwa Isra' dan Mi'raj sungguh tidak dapat dicerna akal, bagaimana mungkin seorang manusia dapat berpergian secepat kilat ke tempat yang amat jauh hanya dalam satu malam?, demikianlah mungkin pertanyaan yang tersirat di kebanyakan orang masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan mungkin masih sampai saat ini.

Inilah ujian keimanan, sebagai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kita harus mengimani tentang hal ini, karena hal tersebut bukanlah hal mustahil bagi Allah Rabb semerta alam dan segala apapun yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar, tentangnya Allah `azza wa jalla berfirman, "dan Tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)" (Q.S. An-Najm : 3-4)

Sikap selalu membenarkan (tashiq) terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dicontohkan oleh Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu 'anha, ketika banyak orang yang meragukan ihwal Isra' dan Mi'rajnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, justru beliau adalah orang yang pertama-tama yang membenarkannya, Abu Bakar menjawab orang yang menyangsikan ihwal tersebut : "Dan kalau pun itu yang dikatakannya, tentu dia bicara yang sebenarnya".

Sikap inilah yang harus tertanam dalam diri kita, apapun yang beritakan Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar dan tentunya akan membawa kebaikan bagi kehidupan kita dunia dan akhirat, termasuk kita harus membenarkan ajaran Islam dan syariatnya tang telah banyak diabaikan dan diragukan oleh banyak orang pada masa ini. Demikianlah peristiwa Isra' Mi'raj ini Allah `azza wa jalla memperjalankannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat di ketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita semua. Wallahu A'lam.

(Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.23 Thn.XLI, 28 Rajab 1434 H/7 Juni 2013 M Oleh Aan Abdurahman)

Post a Comment

 
Top