"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya  benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Al-Jumu'ah [62] : 2)
Paling tidak ada tiga risalah yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tugas mulianya di muka bumi ini sebagaimana yang digambarkan di dalam firman Allah di atas. Pertama, menyampaikan ayat-ayat Allah. Kedua, mensucikan manusia dari kotoran-kotoran kemusyrikan. Ketiga, mengajarkan kitab suci dan hikmah.

Berkenaan dengan ketiga risalah itu marilah sama-sama kita tuturkan sebagian dari perjalanan panjang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam menyebarkan ajaran yang hak di tengah masyarakat yang jahiliyah. Sebagaimana diketahui, kondisi umat manusia khususnya di Jazirah Arab, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kali diutus sungguh sangat memprihatinkan. Kemusyrikan merajalela, mereka ketika itu sudah tidak lagi mengenal tuhannya kecuali penyembahan kepada patung-patung yang dianggap mereka sebagai tuhan. Kemaksiatan juga merajalela di sana karena hubungan seks sudah tidak menggunakan aturan-aturan. Perkelahian antar suku yang berbeda kulit sudah menjadi pemandangan biasa. Penindasan yang kaya kepada si miskin sudah menjadi santapan sehari-hari.

Kondisi mereka yang sudah semrawut dan menyesatkan itu perlu diselamatkan, agar mereka terhindar dari segala marabahaya dan adzab Allah `azza wa jalla. Berkenaan dengan itu yang pertama kali dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rangka menyadarkan mereka yang sudah menjadi kesesatan sebagai pakaian sehari-harinya adalah dengan mengingatkan mereka akan asal-usul kejadian mereka.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (Q.S. Ar-Rum [30] : 20)
Melalui ayat ini mereka diingatkan, bahwa asal kejadian mereka adalah dari tanah, yaitu tempat yang sehari-hari diinjak manusia. Kemudian di ayat lain Allah `azza wa jalla menjelaskan bahwa manusia berasal dari sesuatu yang rendah yaitu air mani. Dalam kondisi mereka yang berlaku sombong dan angkuh, mereka perlu diingatkan akan asal usul kejadiannya, agar sifat sombong dan angkuh, merasa mau menang sendiri, mengecilkan orang lain dapat sirna dalam kehidupan mereka.

Kenyataan seperti ini tentunya bukan hanya terjadi di zaman Nabi saja, tapi di zaman sekarang pun memiliki berbagai persamaaan. Berapa banyak orang di negeri ini kerjanya bukan memberikan kesejahteraan kepada orang banyak, tapi justru malah merugikan negara dengan melakukan korupsi.

Sementara kemaksiatan sudah merajalela dan terjadi di mana-mana. Orang sudah tidak malu-malu lagi mengobral auratnya di depan umum. Kegiatan perzinahan sudah merajalela, bahkan itu pun terjadi di kalangan pelajar. Sungguh  sangat memprihatinkan sekaligus mengerikan. Hukum sudah tidak lagi menjadi lambang keadilan, malahan yang terjadi adalah tumpul ke atas, tapi tajam ke bawah. Pada saat yang sama, jaringan narkoba marak di mana-mana. Indonesia tidak lagi sebagai negara transit tapi sudah menjadi negara tujuan penyebaran narkotika.

Melihat kenyataan seperti ini, maka tidak ada kata lain, sebagai umat Islam, maka hendaklah menjadikan Rasul cerminan dalam kehidupan sehari-hari. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah." (Q.S. Al-Ahzab [33] : 21)

Dengan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai figur sentral diharapkan umat Islam selalu berkaca dan bercermin apakah perbuatan dan ucapannya itu sesuai apa tidak dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga ke depannya,  mereka yang sampai sekarang masih terus bersimbah dengan salah dan dosa menyadari akan perbuatannya dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah `azza wa jalla

Peran Nabi dalam kehidupan manusia
Dalam surat Al-Ahzab ayat 45-46 Allah menjelaskan tentang tugas Nabi Muhammad dalam kehidupan umat manusia. "Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi."

Fungsi pertama adalah menjadi saksi untuk umatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi kepada umatnya untuk selalu berpegang teguh kepada ajarannya. Karena kalaulah setiap umat Islam menjadikan risalahnya sebagai pegangan, maka dengan sendirinya dijamin ia akan mendapatkan kebahagian baik di dunia maupun di akherat.

Fungsi kedua adalah sebagai pemberi kabar gembira, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan akan adanya kehidupan di alam akhirat. Bagi siapa yang ingin mendapatkan kebahagian di alam akhirat nanti hendaklah ia mampu memanfaatkan kehidupannya di dunia dengan melakukan berbagai amal shaleh. Sehingga ia akan mendapatkan apa yang diharapkan yang tidak lain adalah surga dari Allah ...

Fungsi ketiga adalah, pemberi kabar peringatan akan adanya ancaman bagi orang yang melalaikan aturan-aturan Allah. Sekecil apapun ada resikonya kelak. Untuk itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kepada umatnya untuk menjauhkan segala bentuk kedurhakaan.

Fungsi keempat adalah, penyeru kepada agama Allah `azza wa jalla, Nabi Muhammad bertindak sebagai penyeru, mengajak umatnya ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah. Diajaknya umatnya memilih jalan yang lurus yang akan membawa kebahagiaan dunia akhirat.

Berkenaan dengan ini setiap manusia tidak boleh bergeser sedikitpun dari risalahnya yang dijamin kebenarannya dan bagi siapa yang  menjadikan petunjuk Allah dan Rasul-Nya sebagi pegangan hidup niscaya orang itu tidak akan tersesat untuk selamanya, baik di dunia maupun  di akherat kelak.

Fungsi kelima adalah, menyinari dengan cahaya Allah agar umat manusia yang tadinya hidup berada di alam gelap gulita dapat merubah tatanan kehidupannya menjadi terang benderang dengan iman dan akhlak. Sehingga dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu bercermin dari apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, benar adanya kelahiran Rasulullah merupakan nikmat besar tiada-tara yang patut disyukuri.

Namun, bagi umat Islam tidak hanya terpaku mensyukuri nikmat besar kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu, akan tetapi bagaimana menjadikan segala prilaku Rasulullah tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari. Wallahu A'lam

(Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.4 Thn.XL, 13 Rabi'ul Awal 1434 H/25 Januari 2013 M Oleh Oma Rahmad Rasyid)

Post a Comment

 
Top