Membenarkan segala upaya merusak dari siapa pun, tentu keliru. Tetapi, asal melempar telunjuk kesalahan juga boleh jadi jauh lebih keliru. Yang paling keliru adalah jika sudah tidak ada alias hilang rasa peduli dan simpati.

Maka, boleh jadi kita sangat teriris jika ada yang bilang, "Silakan protes, demo, dan unjuk rasa yang penting tertib. Karena kami pun punya hak untuk tutup telinga, sungguh kami tidak peduli!"

Jika keadaan ini menjangkiti kuat di semua anak bangsa di negeri ini, bermohonlah agar kiranya Allah memberi petunjuk dan membukakan pintu hidayah kepada semua elemen penting di negeri yang konon gemah ripah loh jinawiini. Kita ingin semua berbijak dalam menyikapi persoalan bangsa, termasuk yang kembali mencuat panas; kenaikan harga BBM.

Rumus brilian untuk berkuasa selamat adalah dia mencintai rakyat dan dicintai olehnya. Dia mendoakan rakyatnya dan rakyat mendoakannya.

Menaikkan harga kebutuhan yang paling mendasar hajatnya, pasti akan ringan dan diterima andai pemerintahannya bersih dan penuh cinta. Rakyat beroleh kemampuan dan punya daya beli untuk memilikinya. Tapi, jika sebaliknya, pemerintahan ini bukan sosok yang mewakili untuk ditambatkan gelora cinta, justru menyebar virus kebencian di mata rakyat maka upaya menaikan harga BBM pasti akan menjadi ikhtiar blunderyang berbahaya.

Segala harapan di negeri ini begitu mudah layu, cepat merenggas dan mati. "Kecuali ya Rabb, harapan yang berakar, tumbuh, dan mekar untuk-Mu. Tetapi, beri kekuatan kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan setiap urusan kami dan sanggup memenuhi hajat kami."

Antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan anggaran rumah tangga pada dhuafa, kita tidak ingin ada yang jebol. Mari terus ilmui dan sumbang gagasan untuk meretas jalan terbaik.
Rakyat punya kemampuan berhemat dengan syukur, mengirit dengan sabar. Penghalangnya hanya keadilan yang langka dan kemewahan penguasa.

Negeri ini sebenarnya berisi anak bangsa yang cerdas memaknai hidup dalam senyum bahagia; betapa pun beratnya. Namun, ia bisa rusak oleh khianat dan dusta.

Mari mendorong elemen berkepentingan di tanah indah ini menjalankan upaya berbijak, pemimpin agar adil, hartawan agar dermawan, cendikia agar bijak sana, dan jelata dalam berpengharapan.

Upaya ini adalah jelma akan makna takwa dan geliat iman di dada para penduduknya. Dan sungguh tidak ada balasan terang bagi negeri yang bertakwa kecuali terbukanya pintu keberkahan. Wallahu A'lam.

(sumber:Republika, edisi Jumat, 29 Agustus 2014 Hal. 25 Oleh Ustaz HM Arifin Ilha)

Post a Comment

 
Top