Hauqalah, yakni kalimat laa haula walaa quwwata illaa billaah kelihatannya sederhana. Namun, fadilahnya sangat dahsyat. Membaca hauqalah, kata Rasulullah SAW, berbuah surga. Abu Musa al-Asy'ari RA menuturkan, Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku: "Maukah kamu aku tunjukkan sebuah kalimat yang merupakan perbendaharaan surga? Aku menjawab, "Baiklah, aku mau." Rasulullah SAW bersabda, katakanlah, "Laa haula walaa quwwata illaa billaah (tidak ada kemampuan dan kekuatan kecuali dari Allah." (HR Bukhari dan Muslim).

Selain itu, Abu Ayyub al-Anshari RA menuturkan, pada malam Isra Mi'raj Rasulullah SAW berpapasan dengan Nabi Ibrahim AS. Nabi pun berkata kepada Rasulullah SAW, "Perintahkanlah kepada umatmu memperbanyak tanaman surga karena debunya subur dan tanahnya luas." Rasulullah SAW bertanya kepada Nabi Ibrahim AS, "Apa tanaman surga itu? Nabi Ibrahim AS menjawab: (Ucapan) laa haula wa laa quwwata illaa billaah." (HR Ahmad).

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, tidak diragukan lagi hau qalahadalah perbendaharaan, simpanan, tabungan, atau investasi juga (benih) tanaman bagi mereka yang serius mendambakan surga. Luar biasa mudah, bukan? 
 
Dalam buku Wawasan Al-Quran tentang Zikir dan Doa, M Quraish Shihab menjelaskan ucapan hauqalah ini menggambarkan dua hal. Pertama, haul yang diambil dari kata haala? yahuulu yang bermakna menghalangi. Ada juga yang mengatakan, diambil dari kata hawwala? yuhawwilu yang bermakna mengalihkan. Kedua, yang dinafikan adalah quwwah yang lazim diartikan sebagai kemampuan dan kekuatan.

Dengan begitu, kata dia, hauqalah mengandung makna, "Tiada kemampuan untuk menghalangi dan menampik sesuatu bencana (hal-hal yang terasa tidak berkenan di hati) dan tidak ada juga kekuatan untuk mendatangkan kemaslahatan (dan hal-hal positif) kecuali dari Allah SWT". Maka, manusia sama sekali tidak memiliki kemampuan dan kekuatan, kecuali bila hal itu dianugerahkan oleh Allah SWT kepadanya.

Quraish Shihab lebih lanjut mengatakan, hauqalah berkaitan erat dengan basmalah. Kata dia, "Kalau basamalah tempat Muslim bertolak maka hauqalah adalah tempatnya bersauh". Dengan ilustrasi lain, basmalah diucapkan saat mengawali suatu aktivitas sedang hauqalah diucapkan saat mengakhiri.

Mari kita simak kembali sebuah kisah menarik berikut ini. Suatu ketika, Da'tsur, pemimpin pasukan Gatha faan yang hendak menyerang Kota Madinah (pada tahun ketiga Hijriyah), mendapati Rasulullah SAW tengah terlena di bawah pohon dan jauh dari tentaranya. Da'tsur sekonyong-konyong menghunuskan pedangnya kepada beliau. "Hai, Muhammad! Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari pedang yang sedang kuhunus ini?"

Dengan tenang Rasulullah SAW menjawab, "Allah". Mendengar dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri rasa percaya diri Rasulullah SAW, Da'tsur pun gentar. Sehingga, pedang yang tengah dipegangnya terjatuh. 

Lalu, pedang itu diambil Rasulullah SAW. Kemudian, beliau mengulang ancaman Da'tsur, "Hai, Da'tsur! Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari pedang yang sedang kuhunus ini?" Da'tsur pun diam seribu bahasa. Dia kelihatan sangat ketakutan. Tapi, Rasulullah SAW lantas memaafkannya. Dan, Da'tsur pun masuk Islam. Sedang, pasukan yang dipimpinnya berbalik arah tanpa terjadi pertumpahan darah.
 
(sumber:Republika, edisi Kamis, 28 Agustus 2014 Hal. 21 Oleh Mahmud Yunius)

Post a Comment

 
Top