Di dalam Alquran, Allah Ta'ala menegaskan, dunia dengan segala isinya adalah permainan dan senda gurau. "Sesungguhnya, kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan, jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS 47: 36).

Ayat ini sebenarnya informasi yang sangat penting yang tidak saja merangsang akal dan pikiran umat manusia, tetapi juga jiwa atau hatinya. Bagaimana mungkin, dunia yang hampir setiap orang berlomba-lomba untuk menghimpunnya Allah katakan hanya sebagai permainan dan senda gurau.

Layaknya sebuah permainan atau senda gurau, dunia tidak semestinya menjadi orientasi hidup kita. Kita cukup memosisikan dunia dan segala isinya sebatas pada kewajaran yang telah diatur dalam syariat Islam. Tetapi, faktanya tidak demikian, banyak orang yang terobsesi memiliki kekayaan dunia dengan cara menghimpun harta sebanyak-banyaknya.

Umumnya, manusia akan mengartikan kekayaan sedemikian rupa. Karena, aspek yang terdekat dari kemudahan dalam menjalani kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya harta benda. Tetapi, Allah Ta'ala mengajak setiap Muslim berpandangan jauh ke depan. Melihat hidup ini tidak sebatas pada apa yang empiris (yang hakikatnya semu), tetapi lebih pada yang hakiki, termasuk kekayaan.

Sebuah kata bijak mengatakan, "Kekayaan bukanlah soal seberapa banyak uang yang Anda miliki. Kekayaan adalah apa yang masih Anda miliki bila Anda telah kehilangan semua uang Anda." Jika kita sempurnakan, sebenarnya kekayaan adalah apa yang Anda miliki saat Anda kehilangan nyawa Anda.

Umumnya, manusia tidak berpikir bagaimana keadaannya setelah nyawanya tiada. Orang-orang yang melihat dunia ini sebagai surga, baginya, kematian adalah ketuntasan hidup. 
 
Namun, Allah Ta'ala menyadarkan umat Islam agar tidak terjebak pada cara pandang yang dangkal seperti itu. Ketika kematian menjemput seorang manusia maka segala apa yang dila kukannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Dengan kata lain, kekayaan yang sesungguhnya adalah kepastian hidup kita yang akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari-Nya. Dan, ketika hal itu berhasil diraih seorang Muslim, sesungguhnya sejak di dunia pun dia sudah kaya, lebih-lebih di akhirat.

Logika sederhana mengenai pembahasan ini ada dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW. "Dua rakaat shalat sunah fajar lebih baik dari pada dunia dan seisinya." (HR Muslim). Artinya, kekayaan hakiki bukan terletak pada apa yang kita miliki dari perbendaharaan harta dunia, melainkan sikap tunduk kita dalam menghamba kepada Allah. Itulah mengapa Allah memerintahkan umat Islam untuk memiliki sebaik-baik bekal, yakni bekal takwa.

"Dan, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS 2: 197). Dengan kata lain, kekayaan paling hakiki adalah takwa. Dan, harta yang berada di tangan orang yang bertakwa tidak saja akan membahagiakan diri dan keluarganya, tetapi juga memberdayakan, bahkan menyejahterakan manusia-manusia lainnya. Jika itu ada pada diri seseorang maka sungguh kekayaan hakiki insya Allah akan dimiliki.
 
(sumber:Republika, edisi Kamis, 11 September 2014 Hal. 26 Oleh Imam Nawawi)

Post a Comment

 
Top