"Abah rela aja bapisah lawan ikam nak ai balajar di pondok, biar ikam jadi urang alim, gasan kaina bakumpul di akhirat aja salawasan," pesan Abah saat Arifin dilepas ke pesantren di ibu kota.
Saat itu Arifin berusia 13 tahun. Dan, pesan ini pun yang kini berkelebat kuat saat Abah seminggu lalu dikebumikan di tanah kelahirannya, Banjarmasin.

Banyak ilmu dan hikmah dari sakit dan wafatnya Abah. Sakit menjadi silaturrahim, bahkan selama almarhum sakit ruangan beliau menjadi majelis ilmu, majelis zikir, dan majelis qiraa-atul Quran. Sakit Abah pun menjadi ladang ukhuwah, saudara dekat dan jauh saling bertemu sapa dan saling memaafkan. Bahkan, tukang ojeg yang selama Abah sehat dimanfaatkan jasanya untuk mengantar ke masjid juga dihadirkan. Kebersamaan pun lebih erat.

Subhanallah walhamdulillah, azam Arifin yang selama Abah dirawat selama seminggu, sebelum wafatnya 24 jam Arifin temani, terbayar tunai. Azam itu pun bertemu dengan hikmah kewafatan Abah. 

Arifin berniat kuat jika Abah akhirnya wafat, proses fardhu kifayah merupakan momen-momen berharga yang sangat disayangkan bila terlewatkan. Arifin adalah yang membimbing kalimat tauhid sebagai kalimat terakhir yang diucap. Alhamdulillah, tunai. Abah pun mengucap "Allah", lalu mata menutup sendiri dan mulut pun mengatup senyum.

Berikutnya, memandikan, mengafani, dan menyalatkan. Arifin pula yang kemudian menggotong dan menguburkannya. Maka, ikhtitam atas hikmah itu adalah perkataan Imam Fudhoil bin Iyadh, "Kafa bil mauti waa'izhon", cukuplah kematian menjadi nasihat.

Abah dari mudanya sudah menjadi muazin masjid karena suaranya yang bagus. Masjid al-Jihad pun menjadi saksi, seisi masjid sebagaimana keadaan shalat Jumat, turut mengantarkannya menghadap Allah.
 
Dan yang takjub, Abah sangat kuat shalat malamnya. Sebelum tidur, selalu berniat untuk bangun pada pukul dua malam. Bahkan kalau ditanya, mengapa Abah tidur lebih awal, dijawab enteng, supaya bisa bangun pada pukul dua malam. Begitulah niat, tujuan, dan kebiasaan Abah agar bisa menghadap Allah pada waktu tersebut.

Dan benar, jika ada pertanyaan bagaimana keadaan akhir hidup kita, jawabannya, yakni bagaimana niat, tujuan, dan kebiasaan kita. Karena Abah sudah membiasakan bangun dan shalat ma lam pada pukul 02.00, pada pukul itulah akhirnya Abah menghadap Allah. Bagaimana dengan kita, ikhwah? Insya Allah kita akan mendapati takdir indah itu. 

Ya Allah, tulis saat wafat Abah khusnul khatimah. Ampuni semua dosa beliau, maafkan semua kesalahan beliau, terima amal ibadah beliau, jadikan kubur beliau sebagai taman di antara taman surga-Mu. Aamiin. 

(sumber:Republika, edisi Jumat, 12 September 2014 Hal. 30 Oleh Ustaz HM Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top