Tingginya sedang-sedang saja, agak kurus tapi bahunya lebar, dadanya bidang, ototnya kekar. Kepalanya sedikit besar, rambutnya hitam gelap, sedikit ikal, terurai sampai ke pundaknya dan selalu tersisir rapi. Dalam usianya yang lanjut, hanya sekitar 20 lembar ubannya, akibat ketegangannya menerima surah Hud yang mengandung ancaman. Mukanya bulat, menarik bagai purnama. Matanya hitam cemerlang bersinar dengan bulu mata hitam, panjang, dan tebal. Hidungnya mancung, giginya tersusun rapi dan diurusnya tidak kurang dari sepuluh kali sehari dengan menggunakan siwak (semacam sikat gigi terbuat dari dahan kayu). Kulitnya bersih, lembut, warnanya campuran merah dan putih. Tangannya laksana sutra melebihi kelembutan tangan wanita. Langkahnya cepat dan luwes, bagai seorang yang turun dari ketinggian.

Bahasanya jelas namun indah terdengar, berbicara sambil menggelengkan kepala atau menepuk telapak tangannya dengan jari telunjuk dan menggigit bibirnya. Menoleh dengan seluruh badannya, menunjuk dengan seluruh jarinya. Gagah, penuh wibawa, tapi simpatik, selalu tersenyum walau tawanya jarang dan gelaknya tidak terdengar.

Hartanya yang dihargai sepasang alas kaki berwarna kuning, hadiah Negus dari Abisiniah. Sangat menyukai wewangian: tanpa melihatnya pun diketahui beliau ada karena keharumannya. Sangat sederhana, tinggal di sebuah pondok kecil teratap jerami, kamar-kamarnya disekat dengan batang pohon palma dan direkat dengan lumpur. Menyalakan api, memerah susu, menjahit pakaiannya yang robek. Madu dan susu adalah makanan mewah yang beliau sukai, sayang tidak sering dapat disuguhkan walaupun ketika beliau telah menguasai Jazirah Arabia.

Tidak pernah memukul siapa pun, makiannya yang paling buruk adalah: ''Apa yang terjadi padanya? '' Kata pembantunya, Anas bin Malik, ''Sepuluh tahun aku bekerja padanya, tidak sekali pun ia berkata 'cis' padaku.'' Ketika ada yang memintanya mengutuk, beliau menjawab, ''Aku diutus bukan untuk mengutuk, tetapi untuk mengajar.''

Kemenangan militernya tidak membuatnya angkuh. Beliau memasuki Kota Mekah yang penduduknya pernah mengusirnya dengan menundukkan kepala sambil menamai bekas yang memusuhinya dengan ''Saudara yang mulia atau putra saudara yang mulia''.

Demikian sedikit tentang Nabi SAW yang sedang diperingati kelahirannya oleh ratusan juta manusia, namun sebanyak apa pun uraian ia tetap sedikit. Karenanya, jari telunjuk lebih memuaskan menunjuk ke gunung yang tinggi ketimbang lengan jika bermaksud merangkulnya. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada beliau.

(sumber:Republika)

Post a Comment

 
Top