berwudhu

"Barang siapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, maka akan keluarlah dosa-dosa dari badannya, sampai-sampai ia akan keluar dari bawah kuku-kukunya." (H.R. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Ketika kita membicarakan wudhu maka pada umumnya pikiran kita langsung mengarah pada shalat, karena memang wudhu atau lebih tepatnya thaharah merupakan salah satu syarat sah shalat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 6 : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,...."

Selain sebagai syarat sah shalat, wudhu merupakan ibadah tersendiri yang memiliki banyak hikmah atau keutamaan besar, hal ini banyak disebutkan baik secara tersurat atau pun tersirat dalam Al-Qur'an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini akan dijelaskan beberapa keutamaan wudhu sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits:

Pertama, Wudhu sebagai salah satu cara mencapai kesucian (thaharah), akan menjadi sebab kecintaan Allah, karena Allah mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Q.S. Al-Baqarah : 222)

Syaikh Abdurrahman As-Sa'di menafsirkan : "(al-mutathahhirin) adalah orang-orang yang membersihkan dirinya dari dosa, dan ini mencakup kesucian fisik dari najis dan hadats. Dan dalam ayat ini terdapat pensyariatan thaharah secara mutlak, karena Allah menyukai orang-orang yang bersifat dengannya, oleh karenanya thaharah secara mutlak merupakan isyarat untuk sahnya shalat dan thawaf. Dan mencakup thaharah maknawi dari akhlak tercela, sifat yang buruk dan perbuatan yang rendahan.

Kedua, Dengan berwudhu berarti kita mengamalkan beberapa hal dari sunnah fithrah karena Wudhu mencakup beberapa bagian darinya sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, dari 'Aisyah ra ia berkata: Rasulullah .. bersabda : "Sepuluh dari fitrah yaitu; mencukur kumis, membiarkan janggut, siwak, istinsyaq (menghirup air dengan hidung), memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja', Zakariya berkata telah berkata Mush'ab dan aku lupa yang kesepuluh kecuali itu adalah madhamadhah (berkumur-kumur)".

Ketiga, Wudhu sebagai bagian dari thaharah yang merupakan separuhnya keimanan, Imam Ahmad dan Imam Muslim mengeluarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy'ari ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Kesucian (ath-thahur) merupakan separuhnya  keimanan, al-hamdulillah me-menuhi timbangan, subhanallah wal hamdulillah memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat merupakan cahaya, sedekah adalah bukti keimanan, sabar adalah cahaya, Al-Qur'an adalah hujjah bagimu atau atasmu, setiap orang menjual dirinya, ada yang memerdekakannya ada yang menjerumuskannya. (H.R. Ahmad dan Muslim)

Di antara makna bahwa thaharah adalah separuh dari keimanan (nishf al-iman), sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Jami' Ulum wa al-hikam, bahwa wudhu dengan dua kalimat syahadat yang dibaca seusainya merupakan sebab terbukanya pintu surga, dan karena wudhu merupakan bagian dari unsur keimanan yang tersembunyi yang mana tidak akan menjaganya kecuali orang yang beriman sesuai Hadits Tsauban dan yang lainnya.

Keempat, Wudhu sebelum tidur kemudian berdo'a (sebagaimana yang disebutkan berikut) menjadi salah satu sebab meninggal dalam keadaan fithrah (tauhid dan khusnul khatimah), al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-Barra bin Azib ia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : "Jika kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah pada bagian kanan tubuhmu, kemudian ucapkanlah :

"Ya Allah aku menyerahkan urusanku kepada-Mu dan aku rebahkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat penyelamatan dari-Mu kecuali dengan kembali pada-Mu, Ya Allah aku beriman dengan kitab-Mu yang Engkau turunkan, dan dengan Nabi-Mu yang Engkau utus"

"Maka, jika kamu  meninggal dari malammu tersebut maka kamu berada di atas fitrah, dan jadikanlah do'a tersebut terakhir yang kau ucapkan". Al-Barra berkata maka aku mengulanginya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika sampai ucapan "Ya Allah aku beriman dengan kitab-Mu yang kau turunkan aku mengucapkan dan Rasul-Mu, Beliau bersabda : tidak dan Nabi-Mu yang Engkau utus".

Kelima, Wudhu menjadi salah satu sebab dikabulkannya do'a, sebagaimana yang diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Tidaklah seorang mukmin yang tidur dalam dzikir dan dalam keadaan  suci, kemudian dia terjaga pada malam itu, kemudian dia memohon kepada Allah suatu kebaikan dari dunia dan akhirat, kecuali Allah akan memberikan kepadanya". (H.R. Abu Dawud, an-Nasa'I dan dishahihkan oleh al-Albani)

Keenam, Wudhu akan menjadi cahaya pada hari kiamat. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda : "Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu mereka. (H.R. Bukhari Muslim)

Ketujuh, Wudhu menjadi salah satu sebab diampuninya dosa. Dalam hadits Humran Maula Utsman, beliau berkata : "Bahwa Utsman bin Affan meminta diambilkan air wudhu kemudian dia berwudhu dengan membasuh kedua tapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan  beristintsar (mengeluarkan air yang dihirup ke hidung). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. Kemudian membasuh tangan kanannya hingga siku sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kiri seperti itu pula. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia membasuh kaki kanannya hingga mata kaki sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kaki kiri seperti itu pula. Kemudian Ustman berkata : Aku melihat Rasulullah dulu berwudhu seperti yang ku lakukan tadi. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa berwudhu seperti caraku  berwudhu ini kemudian bangkit dan melakukan shalat dua raka'at dalam keadaan pikirannya tidak melayang-layang dalam urusan dunia niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu diampuni". (H.R. Muslim)

Di dalam hadits di atas juga terdapat contoh bagaimana cara wudhu yang benar, karena pada dasarnya berbagai keutamaan wudhu akan didapatkan ketika wudhu yang kita lakukan sesuai dengan ajaran dan contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikian beberapa hikmah berwudhu yang dapat disebutkan dalam lembaran ini, tentunya masih banyak hikmah yang lainnya, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang senantiasa bertaubat dan suka mencucikan diri sehingga mendapatkan kecintaan Allah `azza wa jalla.


Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga disyariatkan dalam seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu berada dalam kondisi bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya yang mulia. Wallahu A'lam.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.2 Thn.XLII, 18 Rabiul Awwal 1436 H/ 9 Januari 2015 M Oleh Aan Abdurahman, MA)

Post a Comment

 
Top