memberi makan burung merpati

Ingat waktu kecil? Ngelepek burung dara? Sebenarnya ada yang lebih efektif dan dapatnya banyak. Pakai jagung. Dalam urusan tangkap burung, biar burung itu di angkasa, susah di jangkau mestinya, tapi kalau pakai strategi, bisa juga.

Jagung diaurin, nanti burung pada datang, memakan jagung yang kita aurin. Sebagai penangkap yang baik, kudu sabar. Jangan langsung ditangkap, bisa kabur. Biar saja mereka menikmati jagung itu dan nggak merasa sedang dibohongi. Ulangi hari kedua, hari ke tiga, dan kita akan dapati hari keempat burung itu akan nyaman di dekat kita, dan kita di dekat burung tersebut.

Hari kelima ke atas, burung dara itu sudah bisa bertengger di tangan dan atau di pundak kita. Sebagian burung dara, kalau kita rutin ngasihnya, pada jam yang sama, mereka akan datang duluan. Kayak tahu nungguin kita ngaurin jagung.

Kisah masa kecil ini saya pakai untuk mendorong kawan-kawan bisa punya rumah tahfiz pakai metode ngaurin (tebar) jagung. Kita bikin makanan yang murah meriah, nggak mesti mahal. Misalnya, bubur kacang hijau, terus umumin ke anak-anak sekitar rumah kita. "Datang ya ntar sore. Kita makan bubur kacang hijau."

Jangan diumumkan: terima santri yang mau menghafal Alquran. Nggak ada yang datang kecuali sedikit. Umumkan makan-makan saja. Pada sore yang dijanjikan, anak-anak datang. Kasih saja dulu kacang hijaunya. Sebelum pulang, mereka kita suruh baca 1-2 ayat surah ar-Rahman, dikit saja. Pandu mereka kalau bisa. Kalau nggak bisa, suruh siapa yang bisa untuk mandu.

Kira-kira lima kali, mereka pasti hafal dah dan pasti ridha karena sudah kenyang. Setelah selesai kasih tahu. "Besok datang lagi, ya. Besok pakai roti deh. Dua ayat yang sudah dihafal jangan sampai dilupain, ya. Ok,ditunggu besok."

Biar saja mereka datang dengan segala kepolosannya. Besok sorenya, anak-anak pasti akan datang lagi. Nah, hidangkan lagi kacang hijaunya. Kali ini pakai roti sesuai janji. Terus ulangi lagi dua ayat kemarin plus tambah tiga ayat baru. Kan pakai roti, tambah satu ayat lah, bukan dua. Tapi, anak-anak bakalan tetap ridha.

Sementara nunggu besok, kita beli sepeda gunung, yang besoknya diperlihatkan ke anak-anak. Begitu datang dan makan bakso, misalnya, tunjukin tuh sepeda. "Hafalin sampai 30 ayat, ya, surah ar-Rahman. Seminggu dikasih waktu, kemari lagi minggu depan. Kita makan-makan lagi."

Kita kasih tahu, yang hafal sampai 30 ayat, namanya bakal diundi. Yang keluar dapat hadiah sepeda gunung ini. Dijamin juga, insya Allah mereka akan berjuang. Begitu seterusnya.
Insya Allah, burung di angkasa saja bisa ketangkap, apalagi anak-anak yang ada di daratan. Kembangkan lagi dengan kreativitas dan doa. Penuhi setiap kompleks, setiap RT/RW di Indonesia ini dengan rumah-rumah tahfiz.

Nggak bisa bikin yang menginap, bikin yang pulang pergi. Nggak bisa, bikin yang seminggu sekali. Nggak bisa juga, support-lah mereka yang bisa dengan mengambil posisi yang menyediakan kacang hijau, bakso, sepeda gunung, dan lain-lain dukungan.

"Khairukum man ta'allamal Qur'aana wa `allamah (sebaik-baik kalian yang belajar dan mengajarkan Alquran)." Semoga Allah angkat Indonesia dengan sebab kita dakwahkan dan syiarkan Alquran ini.

(sumber:Republika edisi Senin, 19 Januari 2015 Hal. 1 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top