kisah yang paling baik

"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui". (Q.S. Yusuf : 3)

Dari sekian banyak kisah Al-Quran hanya satu yang mendapat julukan sebagai ahsanal-qashashi artinya kisah terbaik (Q.S. Yusuf : 3) yakni kisah kehidupan Nabi Yusuf as. Sebagian penafsir mengatakan, kisah ini disebut ahsanal qashashi karena kisah Yusuf merupakan kisah yang istimewa, unik dan menarik dibandingkan kisah-kisah lain yang terdapat di dalam Al-Quran, dan di dalamnya terdapat berbagai macam pelajaran.

Siapakah Yusuf yang dimaksud disini? Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abdullah bin Umar, Nabi ... berkata tentang Yusuf: "Orang mulia, anak dari yang mulia anak dari yang mulia anak dari yang mulia adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ibrahim" (H.R. Bukhari dan Ahmad).

Yusuf adalah satu-satunya Nabi yang muncul dari keluarga para Nabi, sejak bapak sampai kepada kakek dan buyutnya karena itu, dia mendapat julukan al-Karim (orang yang mulia). Selain itu kisah perjalanan hidup nabi Yusuf AS penuh dengan suka dan duka perjuangan seorang anak manusia yang tinggal bersama ayah dan saudara-saudara yang berlainan ibu. Yusuf dan Bunyamin, adiknya yang lahir dari ibu yang sama, sejak kecil sudah ditinggal mati oleh ibunya. Itulah kiranya yang mendorong kecintaan dan rasa sayang ayahnya (nabi Ya'qub) agak berlebihan kepadanya, ditambah dengan parasnya yang rupawan. Namun hal itu memancing rasa iri dan dengki dari kakak-kakaknya kepadanya. Perasaan iri itu telah mendorong  keinginan yang kuat dari kakak-kakaknya untuk menyingkirkan dia dari dalam keluarga besar nabi Ya'qub, sampai akhirnya Yusuf dimasukkan ke dalam sebuah sumur gelap (ghayabatiljubbi).

Akan tetapi Allah menyelamatkan Yusuf, dengan takdir-Nya datanglah seorang musafir ke tempat itu, saat ia menimba air sumur tersebut ia menemukan Yusuf yang masih usia anak-anak berada di dalamnya. Tanpa berpikir panjang, Yusuf diangkat dari dalam sumur lalu dia bawa ke negeri Mesir. Akhirnya Yusuf tinggal dan dipelihara di istana kerajaan itu. Duka dan derita yang dialami Yusuf selama ini mulai berubah menjadi sebuah kebahagiaan. Inilah sekedar cuplikan kisah tentang Yusuf sebagai bukti atau penjelasan mengapa kisah Yusuf dianggap sebuah kisah paling menarik diantara kisah-kisah lainnya.

Bahaya Dengki
Bila hati sudah dipenuhi oleh rasa iri dan dengki syetanpun dengan mudah memasukkan pikiran-pikiran kotor sehingga lahirlah tindakan-tindakan keji yang tak berperikemanusiaan, sekalipun terhadap saudara sendiri. Inilah yang terjadi pada diri saudara-saudara Yusuf yang sepuluh orang itu. Untuk menyampaikan maksud dan keinginannya berbagai macam alasan akan ia kemukakan sehingga berbohongpun dianggap suatu hal yang lumrah.

Hal itu tergambar dalam dialog antara saudara-saudara Yusuf dengan ayahnya, Ya'qub sebelumnya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayakan Yusuf kepada kami, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. Berkat kepintaran merayu ayah mereka, akhirnya mereka berhasil membawa Yusuf ke suatu tempat yang di sana terdapat sebuah sumur tua. Meskipun ayahnya dengan berat hati untuk melepaskan Yusuf kepada mereka karena di dalam hatinya sebenarnya sudah ada firasat tentang niat jahat dari anak-anaknya itu.

Lagi pula sebelum mereka sudah membuat perundingan mengenai tindakan apa yang terbaik dilakukan kepada adiknya itu demi menyingkirkannya dari dalam keluarga besar Ya'qub (ayat 9-10). Keputusan akhir yang diberlakukan terhadap Yusuf adalah memasukkannya ke dalam sebuah sumur.

Rupanya Allah ... tidak membiarkan Yusuf terlantar dan menderita di dalam sumur itu. Allah kemudian mengutus malaikat-Nya untuk memberikan kabar gembira atau sebuah penguatan hati Yusuf agar dia tidak terlalu bersedih hati menerima cobaan berat itu. Malaikat menyampaikan berita gembira bahwa Yusuf pada suatu saat akan menceritakan kembali dan akan mengungkapkan secara terang benderang tindakan makar tersebut kepada seluruh pelaku perbuatan keji yang notebenenya adalah saudara-saudaranya sendiri. (ayat 90-93).

Para penipu selalu mengeluarkan perkataan yang berbanding terbalik dengan hatinya. Orang-orang yang akan melakukan penipuan atau kebohongan sering menggunakan kata-kata yang menggoda dan menyenangkan hati. Selain itu, untuk menyakinkan sasaran tipuannya ia keluarkan kalimat-kalimat yang pembenaran, padahal itu hanyalah kebohongan yang dibungkus dengan kata-kata penghias.

Air Mata Kebohongan
Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis (Q.S. Yusuf : 16). Setelah saudara-saudaranya itu memasukkan Yusuf ke dalam sumur, mereka kembali ke rumah untuk memberitakan kepada ayahnya  sebuah berita bohong yang skenarionya sudah diatur sedemikian rupa. Sebagaimana diungkapkan dalam ayat berikut. Mereka berkata: "Wahai ayah Kami, Sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu di dimakan serigala". (Q.S. Yusuf : 17). Sambil berurai air mata dan menangis tersedu-sedan mereka menceritakan kepada ayahnya bahwa ketika mereka sedang asyik bermain perlombaan (semacam lomba lari), mereka tinggalkan Yusuf sendirian di tempat barang-barang mereka lalu datanglah seekor serigala menyerang dan menerkam adiknya itu. Tetapi di hati mereka tidak ada keteguhan dalam bercerita dengan ayahnya, maklumlah orang sedang berbohong. Mereka tampaknya juga kurang yakin bahwa ayahnya akan mempercayainya.

Jelaslah bahwa tidak semua tangisan dengan berlinang air mata berarti suatu kesedihan karena ada tangis kebohongan dan air mata palsu yang disebut dengan istilah "air mata buaya". Itulah di antara ciri-ciri seseoran berbohong. Tidak sedikit saat ini orang-orang yang ketika tertangkap tangan dalam aksi-aksi korupsi lalu berlindung di balik ungkapan "saya didzalimi" padahal sebenarnya merekalah yang telah berbuat dzalim kepada rakyat dan bangsa.

Rekayasa Barang Bukti dan Kesabaran Ya'qub
Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu (Q.S. Yusuf : 18). Skenario berikutnya ialah, mereka menyodorkan kepada ayahnya kemeja Yusuf yang sudah dilumuri darah sebagai barang bukti bahwa Yusuf benar-benar telah diterkam oleh serigala. Al-Qu'ran menggunakan istilah "damin kazibin" (darah palsu), maksudnya darah untuk mengelabui seseorang yang mau ditipu. Mereka tidak menyadari bahwa kebohongan mereka itu amat mudah ditebak karena mereka lupa merobek baju itu terlebih dahulu sebelum dilumuri darah. Sebab, orang yang cerdas, akalnya sehat serta hatinya bersih seperti nabi Ya'qub sudah pasti tidak akan mudah percaya begitu saja tentang cerita yang tak masuk akal itu. Karena itu dengan tegas ia berkata  sebagaimana ayat berikutnya: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Q.S. Yusuf : 18).

Demikianlah, seorang ayah tidak jarang dihadapkan kepada situasi yang sulit dalam menghadapi perilaku anggota keluarganya. Terkadang diuji dengan perilaku istri sendiri dan terkadang diuji dengan perilaku anak-anak yang beragam wataknya. Disinilah terdapat ujian kesabaran dan kearifan dalam me-menej konflik yang terjadi di dalam keluarga. Bagaimanapun bandelnya anak, dia adalah bagian dari darah daging kita yang harus dilindungi dan diselamatkan. Bukankah kita diperintahkan untuk menyelamatkan saudara yang terdzalimi? Menyelamatkan saudara yang mendzalimi adalah dengan jalan mencegah tangannya dari perbuatan dzalim.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.11 Thn.XLII, 22 Jumaddil Awwal 1436 H/ 13 Maret 2015 M Oleh DR. Ahmad Kosasih, MA [Penulis adalah ketua Dewan Da'wah Sumbar] )

Post a Comment

 
Top