bekal mudik

Baru saja kita menyaksikan peristiwa mudik Lebaran tahun ini. Barangkali inilah salah satu peristiwa mudik Lebaran yang terbesar sepanjang sejarah mudik di Tanah Air kita. Bahkan, boleh jadi di dunia.

Pemudiknya sangat banyak. Moda transportasi yang dipilihnya sangat beragam. Sarana transportasi yang dibutuhkannya sangat banyak. Destinasi yang ditujunya sangat jauh. Waktu tempuh yang diperlukannya sangat lama.

Kita dibuat terkagum-kagum dengan perjuangan saudara-saudara kita yang menjalani mudik tahun ini. Betapa tidak? Mereka harus berkorban lahir dan batin. Segala daya dan upaya mereka kerahkan demi mudik ke kampung halaman.

Kita menyaksikan keramaian lalu lintas kendaraan yang sangat luar biasa. Maka, kemacetan demi kemacetan terjadi di banyak tempat. Antrean kendaraan sangat panjang. Hanya untuk melewati satu titik, yakni gerbang Tol Cikopo-Palimanan, misalnya, antrean kendaraan dikabarkan mengular mencapai 20 kilometer! Mudik Lebaran sebenarnya sebuah pilihan. Boleh mudik, boleh tidak.

Ingatlah, selain mudik Lebaran kita dihadapkan pada peristiwa mudik ke haribaan Allah, yakni Raja pada hari kiamat. Bedanya, mudik ini bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Bedanya lagi, mudik ini permanen. Kita tidak dapat kembali ke "perantauan" lagi.

Laksana akan mudik Lebaran, kita harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa. Kita seharusnya hanya membawa sesuatu yang akan memudahkan perjalanan. Kita tidak seharusnya membawa sesuatu yang justru akan menyulitkan perjalanan.

Kita tidak boleh berhenti belajar menentukan prioritas paling tepat guna mempersiapkan diri masing-masing untuk mudik ke haribaan Allah. Kita harus berkali-kali mengalkulasi segala sesuatu yang kita perlukan di sana. Laksana hendak mudik Lebaran, kita harus pastikan apa yang mesti dipersiapkan untuk dibawa.

Ketika kita memilih mudik dengan menggunakan moda transportasi umum (bus, kereta api, kapal laut, dan/atau kapal udara), salah satu yang harus kita bawa adalah tiket. Maka, untuk berjaga-jaga, kita harus menyiapkan tiket itu jauh hari sebelumnya, lalu seperangkat pakaian dan keperluan lainnya.

Jangan lupa, harga tiket yang akan dibeli itu lumrahnya bervariasi sesuai dengan destinasinya dan fasilitas yang ditawarkannya. Ketika kita hendak membeli tiket kapal udara, misalnya, tentu tidak akan membeli tiket kelas ekonomi kalau ingin mendapatkan layanan yang jauh lebih baik. Dalam konteks ini lazimnya harga tidak menjadi persoalan serius.

Tiket untuk mudik ke haribaan Allah itu namanya syahadatain (syahadat tauhid dan syahadat Rasul) dengan segala syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya. Sedangkan, pakaian yang harus dibawa namanya pakaian ketakwaan.

Tambahannya, seperangkat amal kebajikan seperti shalat, puasa/shaum, sedekah, dan lainnya.
Rasulullah SAW menyebutkan karena mereka akan dipersilakan memasuki surga sesuai dengan amalnya. Misalnya, ahli puasa akan disilakan masuk dari pintu Rayyan. Wallahu a'lam bishawab.

(sumber:Republika edisi Rabu, 29 Juli 2015 Hal. 8 Oleh Mahmud Yunus)

Post a Comment

 
Top