hikmah ngopeni alquran

Saya termasuk yang sangat beruntung. Saat dihadirkan kesusahan oleh Allah, periode mulai 1998, digerakkan oleh Allah. Mengambil Alquran, memegang, membaca, menelaahnya. Mencatat apa yang dibaca. Meng hafal dan mengajarkannya.

Ya. Sebab nggak banyak yang bisa saya lakukan. Untuk menenangkan hati, saya diizinkan Allah menenggelamkan diri dan menyibukkan diri dengan Alquran. Aktivitas itu membawa saya semakin asyik dengan Alquran. Akhirnya, saya baru menyadari ada yang berubah.

Saya menemukan diri ini semakin enteng, alhamdulillah, dalam menjalani hidup. Kenikmatan berinter aksi dengan Alquran membuat saya bukan melupakan masalah, tapi malah menikmatinya. Sebab, Alquran menjadi teman, penghibur, dan penyibuk yang menyenangkan.

Dengan izin Allah, saya menyenangi membaca ayat-ayat-Nya berikut artinya, bolak-balik, lagi, dan lagi. Sambil mencatat ini dan itu yang dari dan di Alquran.

Akhirnya pada 2006, seluruh utang lunas. Perjalanan dari 1998 yang gedebak-gedebuk menjadikan segala peristiwa yang semestinya sedih dan gelap menjadi indah dan terasa bercahaya. Tanpa sadar pula, kegiatan menghafal ayat demi ayat mengantarkan saya, lagi-lagi dengan izin Allah, menghafalnya.

Kegiatan menghafal Alquran-Nya yang mulia bagaikan beriringan dengan hilangnya masalah hingga periode 2006 itu. Allah betul-betul menemani. Dan tanpa sadar juga, kegiatan mengajar satu-dua anak, pada periode 2006, saya menyadari diri ini diizinkan Allah berproses sejak 1998, dari majelis kecil dengan delapan anak, lalu punya pesantren kecil pada 2006 dengan 70-an anak.

Kegiatan mengajar atau tepatnya ngerajinin memberi tahu apa yang saya dapat dan saya catat membawa saya mengajar ke tempat yang lebih luas dan kepada orang lebih banyak.

Catatan kecil saya, dari apa yang saya temukan dari Alquran, satu per satu malahan diizinkan Allah jadi buku. Waktu itu, lagi-lagi dengan izin Allah (nggak berani saya tidak menyertakan kata-kata dengan izin Allah ini), saya sudah mulai mendakwahi orang yang sama-sama bermasalah. Kegiatan ini tanpa sadar pula membawa saya kepada dunia ajak-mengajak. Dunia dakwah.

Semua ini, setelah saya pikir-pikir, sebagai baik sangka saya kepada Allah, terjadi setelah saya menyentuh dan mendekati Alquran. Hingga akhirnya datanglah seorang guru Alquran sesungguhnya kepada saya. Ustaz Syihabuddin. Sama-sama muda, tapi lebih luas ilmunya, lebih alim, lebih tawadhu. Memimpin pesantren yang masy hur, Ma'had Isy Karima.

Beliau memberi tahu sesuatu yang membuat saya tertegun. Kalaulah bukan karena ingin mengajak orang melakukan hal yang sama, niscaya malas dan berat bercerita seperti ini.

Kata beliau, mengutip hadis dengan terjemahan bebas, "Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat siapa orang, siapa keluarga, siapa kampung, siapa kaum, siapa bangsa, siapa negeri, yang ngopeni Alquran. Yang merhatiin Alquran. Yang belajar mengajar Alquran. Dan, seabrek aktivitas lain yang bersentuhan dengan Alquran. Termasuk menghafalnya, menelaah maknanya, dan mengamalkan sebisanya."

Semoga Allah mengizinkan juga memberlakukan ke sebanyak-banyaknya orang di negeri ini, dan di dunia ini supaya Alquran mengangkat derajat siapa yang mencintainya dengan izin-Nya.

(sumber:Republika edisi Senin, 22 Juni 2015 Hal. 1 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top