mengikuti agama teman

Pendidikan dalam Islam bukan hanya dimulai dari anak usia dini, tetapi selagi masih dalam kandungan, bahkan sewaktu memilih pasangan hidup pun telah berproses hingga akhir hayat. Proses pembelajaran anak ditopang empat pilar pendidikan.

Pertama, al-madrasah al-uula (sekolah pertama dan utama), yakni keluarga. Kedua, al-madrasah al-tsaani (sekolah kedua), yakni lembaga pendidikan formal (sekolah). Ketiga, al-madrasah al-tsaalits (sekolah ketiga), yakni lembaga sosial, pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat, politisi, artis. Keempat, al-madrasah al-raabi' (sekolah keempat), yakni media massa dalam segala jenisnya.

Pilar paling penting dalam pendidikan adalah lembaga keluarga (usrah). Karena itulah agama menekankan pentingnya menata keluarga yang utuh dan kuat agar menjadi keluarga terbaik (khair al-usrah). Khair al-usrahhanya mungkin terbentuk jika ayah dan ibu juga pribadi terbaik (khairal-bariyyah, [QS 98: 7-8]).

Dua insan terbaik itulah berpadu dalam ikatan cinta yang berakar pada tauhid, berbatang dahan pada syariat, berdaun dan berbuah pada akhlak (adab). Kedua orang tualah yang akan menjadi pemimpin sekaligus guru kehidupan bagi anak-anak.

Allah SWT memberikan otoritas kepada orang tua membentuk anak sesuai kemauannya. "Setiap anak itu dilahirkan fitrah (suci, bersih). Lalu, kedua orang tua yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari Muslim). Jangan sampai salah asuh, salah didik, salah sekolah, dan salah teman. Bibit yang unggul sekalipun, jika ditanam di atas tanah gersang, tak disirami air dan pupuk, tak dijaga dan dirawat, akan tumbuh kerdil. Kewajiban orang tua menjaganya dari segala petaka dan derita (neraka), baik duniawi maupun ukhrawi (QS 66: 6).

Anak itu juga dipengaruhi lingkungan. Jika temannya baik ia ikut baik, dan sebaliknya. Tak sedikit yang terjerat narkoba, tawuran, pornografi, seks bebas, dan kekerasan seksual karena pengaruh teman. Kekerasan seksual terhadap 20 anak di bawah umur di Jakarta Utara pekan lalu harus jadi i'tibar. Pelakunya ternyata pernah menjadi korban sodomi. Nabi SAW mengingatkan, "Seseorang itu akan mengikuti agama temannya maka hendaklah memperhatikan siapa teman bergaulnya." (HR Abu Daud).

Sejatinya, orang tua bekerja keras mencai nafkah untuk membangun keluarga berkualitas dalam iman, ilmu, amal, dan adab (khair al usrah). Nabi SAW berpesan, "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Aku adalah orang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR at-Tirmidzi).

Prof Dr KH Didin Hafidhuddin dalam tulisan di Republika (7/6/2015) menekankan perlunya keluarga dikokohkan dengan Alquran. Keluarga bukan sekadar tempat berkumpulnya orang-orang yang terikat pernikahan maupun keturunan, tetapi mempunyai fungsi yang luas termasuk internalisasi nilai-nilai positif. Keluarga adalah fondasi masyarakat dan negara. Kalau begitu, kembali kepada keluarga agar rumah kita menjadi surga duniawi. Insya Allah. Allahu a'lam bish shawab.

(sumber:Republika edisi Selasa, 22 September 2015 Hal. 24 Oleh Hasan Basri Tanjung)

Post a Comment

 
Top