menanti datangnya hujan

Saat ini kita dihadapkan pada musim kemarau yang berkepanjangan. Hujan tak kunjung turun. Sungai dan sumur di berbagai tempat mulai mengering. Bahkan, hutan dan ladang menjadi begitu mudah terbakar, entah terjadi secara alami atau karena ulah jahil manusia. Akibatnya, banyak sudah yang menjadi korban.

Melihat kondisi tersebut tentu seorang mukmin tidak melihatnya sebagai peristiwa alam biasa. Namun, itu menjadi pelajaran yang sangat berharga sekaligus sebagai peringatan dari Allah SWT. Apa pelajaran yang terdapat di balik itu semua?

Pertama, penderitaan akibat kekeringan menunjukkan bahwa manusia dan seluruh makhluk sangat membutuhkan keberadaan air. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak membutuhkan air, terutama manusia. Sebentar saja kekeringan melanda, manusia sudah menderita. Bayangkan apa jadinya kalau kekeringan terjadi dalam waktu yang cukup lama?

Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah menciptakan semua jenis hewan dari air (QS an-Nur: 45), begitu pula dengan air, Dia menciptakan segala sesuatu yang hidup (QS al-Anbiya 30).
Dari air manusia berasal, dengan air mereka bisa bertahan, dengan air pula mereka mencuci, mandi, memasak, bercocok tanam, berproduksi, dan seterusnya. Jadi, manusia benar-benar membutuhkan keberadaan air sepanjang hidupnya.

Kedua, bahwa makhluk tak mampu dan tak kuasa menghadirkan air. Namun, "Dialah (Allah) yang menurunkan hujan sesudah mereka putus asa dan Dia pula yang menyebarkan rahmat-Nya." (QS asy-Syura: 28).

Sekarang sebagian manusia mengandalkan sains dan teknologi dengan membuat hujan buatan. Hanya saja, kadar dan kemampuannya ternyata sangat terbatas. Akhirnya, mereka menyerah. yang bisa mereka lakukan hanya bersimpuh di hadapan Allah seraya berharap kepada-Nya agar segera menurunkan hujan dengan melakukan shalat Istisqa dan berdoa di berbagai tempat.

Ketiga, karena turunnya hujan merupakan hak prerogatif Allah, terdapat sejumlah adab dan kondisi kita kepada Allah yang harus diperhatikan. Yaitu bahwa kita harus memperbanyak istigfar kepada-Nya dengan mengakui segala dosa dan kesalahan serta dengan segera meninggalkannya. Tidak boleh ada maksiat, khianat, dusta, dan segala bentuk kejahatan.

Allah befirman, "Dia berkata, `Wahai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhan dan bertobatlah, niscaya Dia menurunkan hujan yang deras kepadamu ...." (QS Hud:52). Jadi, mengakui kesalahan dan beristigfar adalah faktor penting bagi turunnya hujan.

Selain itu, kita harus istiqamah dalam taat, dalam beribadah, dan dalam menjalankan semua perintah- Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran, "Andaikan mereka istiqamah di atas jalan kebenaran, pasti Kami beri mereka air yang segar." (QS al-Jinn: 16).

Lalu, agar hujan segera Allah turunkan, hendaknya kita mengeluarkan zakat, bersedekah, dan banyak memberi manfaat kepada orang-orang di sekitar kita. Sebab, di antara hal yang bisa menghambat turunnya hujan adalah sifat kikir dan bakhil dalam diri kita. Dalam potongan hadis disebutkan, "Tidaklah mereka menahan zakat mal mereka kecuali hujan juga ditahan dari langit." (HR Ibn Majah).

Dapat disimpulkan bahwa kalau kita beristigfar, istiqamah, dan banyak memberi, insya Allah itu akan menjadi wasilah bagi turunnya hujan yang penuh dengan rahmat. Wallahu a'lam.

(sumber:Republika edisi Senin, 2 November 2015 Hal. 1 Oleh Fauzi Bahreisy)

Post a Comment

 
Top