Kalau tidak belajar memang bisa tidak tahu. Tapi, salah belajar juga bisa semakin tidak tahu, ketika belajarnya adalah belajar yang salah atau belajar dengan orang yang salah. Banyak lagi yang terjadi di masyarakat kelihatannya benar, tak tahunya sesat, salah. Tapi, hari ini terasa kita tak boleh menyalahkan, apalagi menganggapnya sesat. Sampai akhirnya manusia merasakan dampak keburukan dan kejahatan sesuatu yang salah dan yang sesat dibiarkan.

Hari ini banyak sekali yang kelihatannya indah tapi ternyata jelek sekali. Rusak sekali. Parah akibat buruknya dan meruntuhkan keindahan asli yang sudah diberikan Allah. Tapi, gara-gara ada petunjuk. Tak mencari petunjuk, tak mendapatkan petunjuk dari Yang Mahabenar, Yang Maha Menjaga, Yang Maha Memiliki Kebenaran, maka kemudian keindahan palsu itu diterjang. Dijalankan.
Dilakukan.

Akhirnya, ketika keindahan itu kemudian tampak kebobrokannya, barulah terasa busuk dan baunya. Menyesal bisa jadi berguna, selama masih ada umur dan ada kesempatan dan izin untuk memperbaikinya. Nah, yang harus dipikir, jika diri sendiri yang rusak, yang merasakan kerusakan, maka ia bisa jadi bisa mengubah dirinya.

Tapi, sebagai manusia sosial, ia juga harus memikirkan dampaknya jika ternyata ia sudah merusak diri orang lain, apalagi jika kerusakan itu masif. Ia, misalnya, mengajar, mengajak, mendorong orang untuk melakukan "keindahan" yang menurut hawa nafsunya indah. Lalu, orang lain melakukan dan "mereferensikan" lagi keindahan palsu itu kepada yang lain. Ia juga harus tak selamat sendiri, harus juga mestinya menyelamatkan yang lain.

Saya benar-benar melihat sudah mulai ada kerusakan moral, mental, bahkan sebenarnya kejahatan kemanusiaan. Tapi, kemudian disesatkan pikirannya, disesatkan hawa nafsunya, disesatkan kebodohannya. Akhirnya, kerusakan itu malah dianggap sebagai sebuah kemajuan dan peradaban baru manusia.

Di halaman kedua QS al-Baqarah, ada "penyakit-penyakit" dan "kerusakan-kerusakan" yang sifatnya laa yasy'uruun, yang orangnya tidak sadar, menganggapnya baik saja, benar saja, baik itu perbuatan dirinya maupun juga perbuatan orang lain, padahal buruk dan salah.

Dan ada juga yang laa yasy'uruun, yang ia tidak ketahui. Karena tidak tahu, akhirnya gelap, sesat, salah, buruk, dan tak benar. Karena itu, QS al-Baqarah juga diawali dengan alif laam miim, dan bicara tentang petunjuk, the guidance. "Dzaalikal kitaabu laa roiba fiihi, hudal lil muttaqien." Alquran ini, tidak diragukan lagi, petunjuk bagi orang yang bertakwa. Semoga semua bisa kembali ke Quran. Jadi sadar, jadi tahu.

Tidak sedikit pula terjadi tidak sadar, juga sok tahu. Dan sebagiannya lagi malah berjuang untuk membuat orang tidak sadar dan membuat orang tidak tahu.

Tugas kita menyadarkan dan memberi tahu. Tugas yang lain adalah mendoakan agar sadar, agar tahu. Semoga Allah mampukan kita untuk membuat diri kita dan lingkungan kita, wabil khusus keluarga kita, menjadi sadar dan tahu. Semoga Allah memberi ilmu-Nya, kasih jalan-Nya agar kita dan lingkungan kita sadar dan tahu, dan mau menyadarkan dan memberi tahu yang lain.

 

(sumber:Republika edisi Senin, 25 Januari 2016 Hal. 1 Oleh Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top