Diriwayatkan bahwa manusia pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim AS. Ketika melihat rambutnya mulai memutih, beliau bertanya, "Wahai Tuhanku, apa ini?" Allah SWT menjawab, "Ini (tanda) kewibawaan. "Tuhanku, tambahkanlah itu bagiku," ujar Nabi Ibrahim.

Pada zaman sekarang, manusia ingin selalu dipandang muda. Ia cemas dan takut, bahkan tak rela akan menjadi tua dengan rambut beruban. Padahal, menjadi tua adalah pasti, tak ada satu pun obat yang bisa menghentikannya.

Sebagian manusia masa kini berusaha melenyapkan uban di kepala karena malu. Mereka menyemir dan melakukan terapi agar uban pada rambutnya tak tampak. Mereka merasa berat untuk ikhlas saat rambutnya mulai beruban. Bahkan, ketika satu per satu uban muncul di kepala, langsung dicabutinya.

Al-Khatib Ibnu Mutabah berkata, "Sesungguhnya uban laksana perbatasan hidup yang tak dapat disekat, kerusakannya tidak dapat diperbaiki oleh zaman." Pada hari kiamat, rambut seorang Mukmin yang memutih bisa menjadi saksi dan cahaya bagi pemiliknya.

Diriwayatkan Fudhalah bin Ubaid RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa yang beruban rambutnya dalam berislam, niscaya uban itu akan menjadi cahaya baginya di hari kiamat." Ketika itu ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah SAW, "Sesungguhnya ada orang orang yang mencabuti rambut uban mereka." Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin melakukannya berarti ia hendak mencabut cahayanya." (HR Al Bazzar, At Thabrani).

Penciptaan manusia tidaklah ada yang sia-sia. Apa yang ada dalam diri manusia memiliki keutamaan dan banyak hikmah. Pada hari kiamat, uban di kepala akan menjadi saksi keislaman pemiliknya. Setiap rambut yang putih dibalas satu kebaikan, dihapus darinya satu keburukan, cahaya di atas shirat, dan Allah mengangkat satu derajat kebaikan.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mencabut uban, sesungguhnya uban itu adalah cahaya pada hari kiamat. Barang siapa yang tumbuh ubannya dalam keislaman, niscaya ia dicatatkan dengan uban itu satu kebaikan, dihapus satu kesalahan (dosa), dan ia ditinggikan satu derajat baginya dengan uban itu. (HR Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

Uban juga merupakan satu nikmat yang pantas disyukuri. Sebab, uban adalah pemberi peringatan dan pengingat bagi orang yang memahami dekatnya tanda ajal sudah tiba. Ikhlas dan bijak ketika diri menjadi beruban kepada hal-hal yang baik, bukan sebaliknya, malu dan berusaha melenyapkannya.

Abdul Azis bin Abu Rawwad (Shifatush Shafwah, Ibnu Al Jauzi) berkata, "Barang siapa yang tidak bisa mengambil nasihat dari tiga perkara, berarti ia tidak akan bisa diperingatkan lagi dengan apa pun, yaitu Islam, Alquran, dan uban di kepala."

(sumber:Republika edisi Sabtu, 16 Januari 2016 Hal. 12 Oleh GANDA PEKASIH)

Post a Comment

 
Top