Setiap anak cucu Nabi Adam, baik Muslim maupun non-Muslim, tentu sangat menginginkan hidup bahagia. Kebahagiaan yang hakiki memang menjadi dambaan setiap orang. Namun, orang seringkali salah jalan dalam mencari kebahagiaan yang hakiki itu.

Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan hakiki itu adalah kehidupan di dunia ini. Karena itu, mereka berlomba-lomba ingin mendapatkannya. Padahal, kebahagiaan hakiki tidak identik dengan kehidupan di dunia ini.

Banyak ayat Alquran yang menjelaskan dan menegaskan, bahwa kehidupan dunia bukanlah kebahagiaan yang hakiki. Dalam QS. Ali Imran, 3: 185, misalnya, disebutkan, "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." Allah juga berfirman dalam QS. Al-Ankabut, 29: 64, "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."

Lihat juga QS. Al-An'am, 6: 70, 130 dan Al-A'raf, 7: 5, yang menyebutkan, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah tipuan belaka. Dan, dalam firman-Nya yang lain, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid, 57: 20).

 Allah memberi kita resep, agar kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia ini; yaitu dengan beriman dan bertakwa kepada Allah, seperti disebutkan dalam ayat Alquran berikut, bahwa, "Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.

Dan, jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (Muhammad, 47: 36). Kehidupan dunia yang digambarkan ayat-ayat Alquran itu bersifat sementara, terbatas, dan tidak langgeng.

Artinya, kebahagiaan hakiki bukan ada di dalam kehidupan dunia ini, tapi di akhirat kelak. Kehidupan di dunia hanyalah ladang beriman dan beramal saleh, agar kita mendapat kebahagiaan hakiki di kehidupan akhirat nanti.

Namun, karena kita tidak mengetahui, kita tertipu dan terperdaya oleh kehidupan dunia yang tampaknya menyenangkan. Dengan berbagai cara, jalan, dan akal, banyak di antara kita ingin meraih kehidupan dunia yang sesaat dan serba instan ini.

Bahkan, mereka berani nekad dan tanpa pikir panjang untuk mewujudkannya. Kalau ada masalah, misalnya, mereka ingin mengatasinya dengan cepat dan masalah hilang hanya sesaat kemudian. Bahkan, cara yang mereka tempuh menimbulkan masalah yang jauh lebih besar.

Contohnya, mereka bernarkoba ria. Ada di antara kita yang mencari kebahagiaan dengan cara berpesta narkoba, yaitu kesenangan sesaat. Bukan kebahagiaan hakiki yang mereka dapat.

Mereka sebenarnya telah menzalimi dirinya sendiri, dan bahkan juga menzalimi orang lain: keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Narkoba dapat merusak diri sendiri, dan masa depannya.

Produktivitas dan kesehatannya akan terus menurun dari hari ke hari. Mereka telah membuka satu pintu maksiat dan pintu maksiat lainnya akan mudah dibukanya pada hari-hari berikutnya. Dari narkoba akan timbul seks bebas, pencurian, perkelahian, perceraian, pembunuhan, dan berbagai jenis maksiat lainnya.

Kalau semua jenis maksiat itu sudah terjadi di tengah kehidupan kita, yaitu mencari kesenangan sesaat, maka sesungguhnya kita telah jauh dari ajaran agama yang kita anut.

Kita tidak lagi menghormati, menghargai, dan mengamalkan agama kita. Bahkah, kita tidak lagi berislam secara rahmatan lil'alamin. Bagaimana kita bisa menebarkan kasih sayang kepada sesama, sedangkan diri sendiri tidak kita sayangi.

Jadi, narkoba memang termasuk barang yang menikmatkan, tapi hanya di dunia dan sesaat. Pemakai narkoba, seperti saya alami, merasakan kenikmatan segala-galanya. Karena itu, sekali memakai narkoba, kita akan ketagihan dan tidak mau kehilangan nikmat tersebut.

Tetapi sekarang, setelah keluar dari jeratan narkoba, saya merasa lebih nikmat menyongsong kehidupan di akhirat nanti. Kenapa? Sederhana sekali. Kalau ganja yang juga ciptaan Allah, saja dirasa nikmat oleh pemakainya, maka tentu mengenal dan meyakini Penciptanya akan lebih nikmat.

Ada beberapa langkah yang harus kita antisipasi supaya tidak kembali lagi ke narkoba. Seperti yang saya alami, yaitu, berusaha mencari ilmu kebenaran. Saya mempelajari dan memperdalam agama kepada siapa saja. Mengamalkan ilmu agama merupakan langkah pencegahan untuk tidak tergiur kepada kenikmatan narkoba.

Sebab, dalam agama telah banyak dijelaskan tentang perintah dan larangan Allah yang harus kita taati. Termasuk larangan bermabuk-mabukan, seperti narkoba.

Saya juga membiasakan diri untuk rajin ke masjid. Karena, di masjidlah kita akan menemukan ketenangan dan kedamaian. Di masjid kita tidak hanya shalat, tapi juga menjalankan ibadah-ibadah lainnya, baik yang fardu maupun yang sunnah. Dari belajar dan membaca Alquran hingga berzikir kepada Allah.

Selain itu, saya sering pula mendirikan shalat berjamaah. Dengan berjamaah, kita membangun kebersamaan. Ketika kita bersama-sama dalam kebaikan, maka kita akan saling mengingatkan dan menasihati.

Bukankah mendirikan shalat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar? Saya juga berdakwah, yaitu mengajak sesama manusia untuk menghindar dari larangan Allah, semacam narkoba. Semua langkah ini, saya pikir, dapat membentengi diri untuk tidak mendekati barang haram tersebut. Saya melakukannya dengan sabar dan ikhlas kepada Allah.

Ada pula yang tak kalah pentingnya. Yaitu peran dan motivasi dari lingkungan kita paling dekat. Antara lain keluarga, tetangga, dan kawan-kawan kita. Merekalah yang memotivasi saya untuk tidak lagi terlibat dalam narkoba. Istrinya saya, misalnya, selalu mendorong saya untuk belajar agama. Dialah yang memberi contoh teladan baik kepada saya.

Namun, langkah-langkah ini, menurut saya, masih kurang kuat untuk menghadapi kegagasan penyakit narkoba. Selain langkah-langkah itu, saya selalu berdoa memohon diberi hidayah untuk tidak mengulangi perbuatan haram yang datang dari setan laknat itu.

Doa menjadi motivasi diri untuk tidak mengulangi dan berusaha memperbaikinya di masa-masamendatang. Usaha dan doa inilah yang selalu saya lakukan untuk membentengi diri dari narkoba. Demikianlah janji-janji Allah yang terbukti pada diri saya. Alhamdulillah.

Untuk itu, mulai sekarang, kita harus berani berkata tidak kepada narkoba. Dekatlah kepada Allah. Hidup ini hanya sekali, maka hiduplah yang berarti. Jangan sekali-kali kita mencoba narkoba. Karena, sekali mencicipinya, maka kita akan membuka pintu neraka. Nikmatilah hidup ini dengan iman dan takwa kepada Allah.(Dokrep: Gito Rollies)

Post a Comment

 
Top