Tak ada kata diam dalam kamus dr Joserizal Jurnalis, salah satu penggagas organisasi nirlaba MER-C. Hampir di setiap kejadian bencana, ia turun sendiri memimpin aksi kemanusiaan organisasinya. Saat ditemui Republika akhir pekan lalu, dia tengah menunggu visa dari pemerintah Amerika Serikat untuk bersama tim MER-C berangkat ke Guantanamo. Setelah itu ia akan Mali di Afrika yang kini dilanda perang saudara dan kelaparan. Panggilan kemanusiaan harus dijawab, ujarnya singkat.

Di luar negeri, tugas kemanusiaan telah dilakukan beberapa kali, antara lain di Mindanau (Pilipina Selatan) dan Patani (Thailand Selatan) yang dilanda konflik. Demikian juga saat gempa di Iran, dokter yang selalu prihatin akan nasib umat memimpin langsung tugas kemanusiaan. Dia juga pergi ke Libanon saat gerilyawan Hizbullah baku hantam dengan Israel, sekalipun dia dan rekan-rekannya menyadari harus menghadapi risiko maut.

Di dalam negeri, kegiatannya sudah tak terbilang. Berdiri Agustus 1999, MER-C memulai langkah dengan mengirimkan tim ke Maluku yang saat itu dilanda pertikaian berdarah yang berkepanjangan. Demikian juga pada saat terjadi gempa dan tsunami di Aceh dan Nias, dan gempa di Bengkulu, dan bencana alam lainnya, MER-C mengirimkan tim terdiri dari tenaga kesehatan maupun non-medis.

Apa yang mendorongnya melakukan tugas kemanusiaan dengan segala risikonya?Misi kemanusiaan akan dilakukan dengan segala risikonya bila ada sesama manusia yang terjepit, terutama dalam kondisi perang, tanpa ada yang peduli dan diabaikan, ujar pria kelahiran tahun 1963 ini. Melalui misinya itu, MER-C ingin menyiarkan keantero dunia nilai-nilai Islam yang elegan. Bahwa dalam memberikan pertolongan apa yang kita berikan berdasarkan urgensi. Tidak lihat latar belakang agama, etnik, dan politik, ujarnya. Tak jarang yang kita tolong sebenarnya adalah musuh Islam. Tapi saat musuh Islam tergeletak di depan kita, kita menolongnya tanpa membedakan agama dan statusnya.

Menurut dia, Rasulullah Muhammad SAW juga mencontohkan hal demikian. Ia berbuat baik pada siapa saja, termasuk musuhnya. Juga sahabat Ali bin Abhi Thalib yang tidak mau membunuh musuhnya karena musuh ini meludahinya. Menantu dan kemenakan Nabi ini takut kalau dia membunuh musuhnya itu karena didasarkan pada balas dendam terhadap dirinya. Demikian pula nilai-nilai yang agung itu telah ditunjukkan oleh Salahudin Al-Ayubi dalam Perang Salib.

Banyak hikmah di balik kerja sosialnya. Ia mengaku menjadi lebih dekat dengan Allah. Di sisi lain, ia banyak memotret kondisi umat yang menurut dia memprihatinkan. ''Saya sungguh sedih karena dalam berbagai konflik, korbannya di mana-mana umat Islam. Dan lebih menyedihkan lagi saya menyaksikan umat Islam terpecah belah, bahkan saling membunuh akibat perselisihan sektarian.

Kerja sosial, kata dia, juga menempa dirinya. Selama melaksanakan misi kemanusiaan, ia harus berpisah sementara dengan orang-orang yang dicintainya. Bila tugas di dalam negeri biasanya memakan waktu dua pekan, maka bila ke luar negeri bisa sampai satu atau dua bulan.

Kita mengencangkan ikat pinggang bersama, sambil tersenyum dia mengungkapkan. Maksudnya, selama dia pergi, maka ia harus rela penghasilannya berkurang karena tidak berpraktik. Sedang di tempat tugas, ia mendedikasikan seluruh waktunya dan tanpa mendapat imbalan. Ia menceritakan pengalamannya saat di ASfghanistan.

Bersama dengan kawan-kawan yang umumnya dokter dan tenaga muda, ia bekerja siang malam dan nyaris tidak pernah beristirahat secara cukup. Namun Alhamdulillah, kita selalu diberi kekuatan dan kesehatan, tambahnya. Bagi dr Joserizal dan kawan-kawan seperjuangannya penderitaan ini membawa hikmah. ''Kita merasa makin dekat kepada Allah dan yakin akan pertolongan-Nya. Kita merasa ikut memberikan syiar Islam pada mereka, tambahnya.

Joserizal Jurnalis

Lahir: Padang, 11 Mei 1963.
Pendidikan: SD PPSP IKIP Padang
SMP PPSP Ikip Padang
SMA 2 Padang
Ayah: Prof Ir Jurnalis Kamil PhD
Ibu: Prof Zahara Idris MA
Pengalaman Organisasi : Ketua Umum Forum Studi Islam FKUI
Prestasi :Juara I Siswa Teladan tingkat SLTP se Sumatera Barat
Ahli bedah ortopedi dan frumatologi FKUI.


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/07/13/112-dr-joserizal-jurnalis)

Post a Comment

 
Top