Lailatul qadar, sering juga disebut Malam Kemuliaan. Inilah malam turunnya takdir Allah yang baik bagi hamba-Nya. Ibadah di malam mulia ini lebih baik dari beribadah seribu bulan (Q. S. 87: 2). Pada malam lailatul qadar para malaikat dan Jibril berdesakan turun ke bumi membawa segala urusan yang baik. Rizki, ilmu pengetahuan, kebahagiaan, keberkahan, dan sebagainya diberikan kepada hamba-hambaNya yang beribadah di malam yang mulia ini (Q. S. 87: 3 dan 89: 16). ''Di saat lailatul qadar,'' sabda Nabi SAW, ''Jibril dan malaikat yang lainnya turun ke bumi, seraya memohon ampunan dan keselamatan bagi setiap hamba Allah yang beribadah di malam lailatul qadar.'' Karena kemuliaannya, banyak orang Islam yang lalu menantikan lailatul qadar, dengan berbagai kegiatan ibadah. Keadaan ini akan bertambah khusuk bila tiba sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Mereka bersandar pada hadis Nabi riwayat Aisyah ra: ''Jika telah datang sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW lebih mempererat ibadahnya, dan beliau membangunkan seluruh keluarganya.''
Hadis di atas memotivasi umat Islam agar bertambah giat beribadah. Terlihat, di berbagai masjid, umat Islam khusuk beribadah, ada yang tadarus Alquran, salat tarawih, salat malam, mengkaji ilmu-ilmu keislaman serta berbagai kegiatan ibadah lainnya. Ini karena Rasulullah SAW telah memberi gambaran bahwa untuk mendapatkan lailatul qadar harus beribadah secara sungguh-sungguh di bulan yang penuh berkah ini. Minimal ada dua syarat untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Pertama, fal yastajibu li, hendaknya memenuhi segala ketentuan-ketentuan Allah dan menjauhi berbagai larangan-Nya secara konsekuen dan konsisten. Kedua, fal yu'minu bi, memantapkan keyakinan kepada Allah atas segala janji-janji-Nya.
Dua kriteria di atas merupakan syarat akan dipenuhinya segala permohonan. Firman-Nya, ''Aku akan mengambulkan permohonan orang-orang yang berdoa, bila mereka memohon kepadaKU.'' (Q. S. 2: 186). Lalu, apa hikmah dari malam lailatul qadar? Orang yang mendapat lailatul qadar, dalam hidupnya akan senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk ke jalan lurus, al-shirath al-mustaqim. Artinya, ia akan mendapat aspirasi dan inspirasi untuk menatap hidup masa mendatang yang lebih baik. Kita amat kerap berikrar: Tunjukilah kami jalan lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka (Q. S. 1: 5-7). Petunjuk jalan yang lurus itu akan tersingkap di saat tiba lailatul qadar. Semoga.
(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/09/25/4830-lailatul-qadar)
Post a Comment