keselamatan perjalanan


Beberapa hari menjelang dan sesudah Lebaran Idul Fitri, berita kecelakaan kendaraan begitu sering memenuhi media massa. Beberapa kecelakaan lalulintas ini umumnya akibat kecerobohan pengendara yang main kebut, kurang perhitungan atau ngantuk. Namun, kerapkali, kecelakaan hadir tanpa diundang. Biasanya akibat srempetan bus yang ugal-ugalan, karena sopirnya harus mengejar setoran. Tanpa peduli keselamatan nyawa orang lain, ia menyebabkan korban bergelimpangan sia-sia. Tapi, korban manakah yang tahu sebelumnya bahwa dirinya akan celaka? Tidak ada yang tahu! Yang tahu, tentu saja, hanya Allah SWT, karena hanya Dialah yang menentukan nasib selamat atau celaka seseorang. Itu sebabnya, kita dianjurkan ''mengasuransikan'' nyawa kita kepada Sang Maha Pencipta sebelum berangkat (menempuh suatu perjalalan): mohon keamanan dan diperlekas sampai ke tujuan.

Bahkan kita disunatkan salat safar (perjalanan) dua rakaat. Sayang, yang terakhir ini selalu ditekankan hanya kepada calon jemaah haji sebelum melangkahkan kaki dari rumahnya. Selain doa dan salat, kita disarankan memperbanyak sedekah yang -- sebagaimana ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW -- dapat mencegah kecelakaan (tadfu'ul bala'). Selain investasi pahala di akhirat, sedekah juga merupakan asuransi keselamatan di dunia. Tentang keindahan dan kehebatan 'tuah' sedekah ini, oleh Qatadah disebutkan, ''Sedekah mampu memadamkan dosa seperti air memadamkan api.'' Itu sebabnya, banyak kita dapati kyai-kyai yang, sebelum bepergian, sengaja membagi-bagikan sedekah buat fakir miskin.

Dikisahkan, suatu kali mobil yang ditumpangi oleh seorang kyai dari Bogor terguling-guling di jalan tol Jagorawi. Ia dan beberapa penumpang lainnya selamat dan hanya sedikit lecet. Konon, karena kyai tersebut suka bersedekah. Nyawa adalah sesuatu yang misterius. Dalam agama kita, beberapa hal wajib dijaga dan dipertahankan, yaitu al-din (agama atau keyakinan), al-nasl (keturunan), al-'aql (akal), dan al-nafs (jiwa atau nyawa). Memelihara nyawa adalah dengan memberinya hak-hak hidup dengan makan minum yang baik, istirahat, kesehatan, dan lain-lain. Dengan demikian, berdosalah menyia-nyiakan amanat ini -- misalnya gantung diri, minum racun, mogok makan, dan enggan berobat.

Almarhum Buya Hamka pernah mengatakan, sekiranya kita mau naik pesawat, kita ''titipkan'' dahulu nyawa kita lewat asuransi, itulah yang justeru dianjurkan agama. Yang jadi tekanan di sini adalah, waspada dan sebisa mungkin berhati-hati agar keselamatan nyawa kita setiap saat terpelihara. Kemurahan (rukhsah) dari Allah dengan menjamak atau mengqasar salat atau boleh tidak berpuasa dalam safar, sebenarnya berdampak pada kenyamanan dan keselamatan dalam suatu perjalanan. (ah)


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/09/25/4901-keselamatan-perjalanan)

Post a Comment

 
Top