Nabi yang agung, Muhammad saw, pernah bersabda: ''Ada tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindungan-Nya: (1) pemimpin yang adil; (2) pemuda yang terbina dalam ibadah kepada Allah; (3) orang yang hatinya terpaut dengan masjid; (4) dua orang bersahabat di jalan Allah, berkumpul dan berpisah karena-Nya; (5) laki-laki yang diajak kencan seorang perempuan berkedudukan dan cantik namun menjawab: 'Aku takut kepada Allah'; (6) seorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya; dan (7) seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian hingga berlinang air matanya. (riwayat Bukhari).

Hadits ini menegaskan Islam menunjukkan perhatian khusus pada pemuda, agar mereka tidak terlena dengan kehidupan dunia yang glamour. Dalam Islam, pemuda memperoleh tempat terhormat, sebagaimana terangkum dalam Alquran melalui kisah mulia Ashaabul Kahfi (Q.S. 18:10, 13, 22, 74, 80, 82).

Pemuda Indonesia merupakan unsur vital dalam tatanan sistem sosial. Sudah optimalkah mereka memantapkan jati diri sebagai penanggung jawab masa depan umat, masa depan dunia, dan kemanusiaan? Seberapa besar semangat serba ingin tahu, ingin menunjukkan kebolehan dalam meraih cita-cita mulia, dan meraih kemuliaan dunia dan akhirat? Adakah mereka akan selalu meningkatkan semangat belajar sekaligus menyerap nilai-nilai luhur Iptek yang tepat guna bagi bangsa dan negara? Ataukah mereka masih sering silau dan terkesima melihat fatamorgana kehidupan yang menyimpang dari alur dan jalur Kalamullah dan Sunnah Rasul?

Semua itu tidak terlepas dari tali ikatan dan peran para generasi pendahulunya. Hitam putihnya pemuda lebih dipengaruhi oleh interaksi para orangtua, keluarga, dan lingkungan mereka. Memperingati Hari Sumpah Pemuda kali ini, patut kita renungkan kembali penegasan GBHN tentang pemuda -- ''Pemuda Indonesia sebagai generasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan sangat diharapkan menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh, memiliki idealisme dan wawasan kebangsaan yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun mendatang dengan tetap memperhatikan nilai sejarah yang dilandasi semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan.''

Bagi yang gemar menengok sejarah Islam dan sejarah kemanusiaan, niscaya dia meyakini bahwa kemuliaan dan keluhuran suatu umat sangat dipengaruhi oleh potensi dan eksistensi pemudanya, sebagaimana diungkapkan Alquran berkenaan dengan kisah Nabi Yusuf (Q.S. 12:22) dan Nabi Musa (Q.S. 28:14). Ini karena tiada lain karena potensi dan eksistensi pemuda memiliki dimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu.

Mengantisipasi erosi rohani yang sering menghampiri tanpa kita sadari, mari kita simak peringatan Rasulullah yang ditujukan terutama bagi para pemuda: ''Gunakanlah yang lima sebelum datangnya lima perkara: usia mudamu sebelum datang usia tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum miskin, hidupmu sebelum matimu, dan kelapanganmu sebelum sibukmu.'' Bismillaahi Tawakkaltu Alallah.


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/10/28/10252-pemuda)

Post a Comment

 
Top