Setelah tiga lama tidak pernah melepas jilbab tiap keluar rumah dan menjalani kegiatan bisnis sehari-hari, Ratih Sanggarwati merasa semakin mantap mengenakan busana Muslimah ini. Karenanya mantan peragawati kelahiran Ngawi, Jatim 8 Desember 1962 ini merasa bersyukur. Sebab, dengan berjilbab ia telah memenuhi perintah Allah.

''Perintah mewajibkan kita menutup aurat tiap keluar rumah dan bertemu dengan lelaki, selain muhrim,'' ujar perempuan yang biasa dipanggil Ratih Sang kepada Republika, di kediamannya di kawasan Cinere, Jakarta Selatan. Ia mengaku sampai menangis saking bahagianya ketika dulu mendapat kontrak jadi bintang iklan kosmetik Islami. Bukan soal kontraknya yang ia tangisi, tetapi karena ia harus memakai jilbab ketika mengiklankannya.

''Sejak itu saya bertekad, insya Allah saya akan terus berjilbab,'' katanya meyakinkan. Ketika baru pertama kali berjilbab, menurut wanita yang tinggi semampai itu, banyak yang menanyakan apakah ia benar-benar telah siap mental. Bahkan ada yang sampai bertanya apakah ia ada masalah dengan suaminya. Menurut Ratih, ibu tiga orang anak itu, berjilbab bukan masalah mental.

''Ini masalah kewajiban yang harus dijalankan dan ternyata tidak susah,'' katanya dengan mantap. ''Memakai jilbab, merupakan salah satu ibadah. Yang diwajibkan Allah selain kita melaksanakan rukun Islam dan rukun iman,'' ujar Ratih, yang kini telah meninggalkan profesinya sebagai peragawati. Meski ia mengaku menjadi peragawati memang profesi yang banyak digandrungi orang, karena menghasilkan uang cukup banyak dan nama menjadi terkenal.

''Tapi, sekarang ini justru saya mendapat ketenangan jiwa setelah mematuhi perintah Allah untuk berjilbab. Kalau saya meninggal dunia, semoga sempurnalah amal-amal saya,'' ujar Ratih, yang ketika memberikan keterangan ini tengah dilanda flu berat. Suaminya sendiri, kata Ratih ketika ia menyatakan akan berjilbab, tidak menolak atau setuju. ''Kalau engkau sudah yakin dan ikhlas semata-mata karena Allah, ya silakan,'' kata Ratih meniru kata-kata suaminya.

''Saya kira suami saya kan juga ikut bertanggungjawab terhadap istrinya. Seorang suami adalah imam di dalam rumah tangga. Ia akan turut berdosa bila istrinya tidak mematuhi perintah Allah,'' tuturnya. Menurut pengakuannya, sejak ia berjilbab kehidupan rumah tangganya tambah harmonis. "Karena saya sebisa-bisanya akan selalu patuh pada suami dalam hal-hal yang positif. Sebisa-bisanya tidak lagi emosi seperti dulu-dulu."

Berbicara dengan Ratih, kita juga akan banyak mendengar tentang falsafah hidupnya. Menurut Ratih yang sejak 1997 berhenti sebagai peragawati, hidup ini sebaiknya diabdikan untuk mematuhi perintah Allah dan RasulNya. Sekalipun ia tak lagi menjadi peragawati, tapi ia banyak mendapat panggilan sebagai pembicara. Baik di seminar-seminar maupun menjadi moderator dalam diskusi-diskusi politik dan ekonomi.

''Berlainan dengan peragawati, sebagai pembicara dan moderator tidak diperlukan penampilan fisik. Jadi penampilan saya dengan berjilbab tidak jadi masalah.'' Tapi, jangan salah sangka. ''Bagi saya apapun profesi kita, mematuhi perintah Allah dengan berjilbab tidak jadi masalah. Seperti Desy Ratnasari, ada hari-hari yang dia pakai jilbab, sesuai dengan perintah Allah.''

Menekuni Alquran dan ajaran-ajaran Islam kini banyak dilakukan Ratih. Menurut pengakuannya, setiap minggu tidak kurang empat kali ikut pengajian. Seperti pengajian di rumah Poppy Hayono Isman. Ia juga ikut pengajian tasawuf Tazkia pimpinan Yanti Sudharmono dan Ijabi (Ikatan Jamaah Ahlul Bait) pimpinan KH Jalaluddin Rakhmat.

Ratih mengaku sejak menekuni Islam, kepekaannya terhadap orang-orang kecil makin meningkat. Kalau dulu ketika ada pengemis yang minta uang, ia hanya memberikan melalui sopirnya, kini ia sendiri yang membuka kaca mobilnya dan memberikan uang kepada pengemis tersebut. ''Kalau orang datang minta sumbangan ke rumah sebisa mungkin saya memberikannya secara ikhlas.''

Dalam kaitan membantu kaum dhuafa, Ratih berpegang pada perintah Allah dan Rasul. Lalu ia menuturkan Hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa mereka yang membantu orang-orang miskin, di akhirat nanti akan dekat dengan Nabi. ''Saya tentu saja ingin dekat dengan Nabi di akhirat nanti.'' Karena itu ia telah mendidik anaknya agar dapat mematuhi perintah-perintah Allah.

''Saat puteri saya nonton TV ada adegan wanita dengan pakaian mini, saya katakan pada puteri saya, 'Lihat tuh orang nggak malu kok bajunya begitu'.'' Hasilnya, ''Jika anak saya nonton TV dan melihat busana yang merangsang, ia berkata pada saya, 'Lihat mama, orang itu kok nggak malu pakai pakaian begitu'.'' Itulah salah satu cara Ratih mendidik anak-anaknya agar mereka menjadi anak yang taat kepada Allah dan RasulNya.


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/11/04/11494-ratih-sang-ingin-dekat-dengan-nabi)

Post a Comment

 
Top