Pristiwa Hijrah Nabi Muhammad jangan hanya dipandang sebagai pindahan fisik namun terdapat ajaran-ajaran yang dapat menjadi panduan umat muslim dewasa ini.

Refleksi tersebut muncul dalam tausyiah yang diberikan cendikiawan muslim, Muhammad Quraish Shihab dihadapan ribuan umat islam yang memadati Mesjid IStiqlal, Jakarta,dalam acara tablig Akbar yang bertajuk " Dengan Semangat Hijrah Kita Tingkatkan Kualitas Bangsa", Selasa (30/12),

"Waktu diciptakan Allah untuk dijadikan renungan yang juga kita isi untuk memakmurkan baik diri serta bangsa dan negera," ujar Quraish ketika membuka Tausyiah.

Menurut Quraish salah satu renungan itu adalah merefleksikan pristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW."Hijrahnya Nabi SAW adalah bentuk optimisme dan Hijrah mengandung nilai dan peradaban," ujarnya.

Ketika Nabi Hijrah menuju kota yang disebut Yastrib, jelas Quraish, beliau lantas ubah nama kotanya menjadi Madinah, disitulah Nabi memulai sebuah peradaban baru dan nilai-nilai baru (islam) yang ditanamkan.

Sikap optimisme yang ditunjukan Nabi SAW penting untuk dijadikan pembelajaran ketika kita menghadapi krisis seperti yang terjadi saat ini. Disamping itu, kebersamaan juga merupakan salah satu kunci keberhasilan mencapai perubahan.

Hal itu dibuktikan Nabi SAW yang saat itu bersama Sahabat Abu Bakar sedang dikejar-kejar kaum Qurais, lantas bersembunyi di dalam gua. kemudian, Abu Bakar merasa khawatir terhadap keselamatan Nabi, dan  Nabi mengatakan," Wahai, Abu Bakar janganlah takut karena Allah bersama kita."

Berbeda ketika zaman Nabi Musa AS, yang saat itu juga sedang melaksanakan hijrah. Pada suatu saat dimana kaum Firaun mengejar-ngejar beliau dan kaumnya, Nabi Musa pun berkata," Wahai kaumku, janganlah takut karena Tuhan Bersamaku."

Menurut Shihab, Itulah bentuk kebersamaan yang diajarkan Rasullah terhadap umatnya dalam pristiwa hijrah.

Selain itu, menurutnya, hijrah juga mengajarkan kepada kaum muslimin tentang perlunya perencanaan matang, kerja keras dan kebersamaan untuk mencapai sebuah tujuan.

Dalam tausyiah tersebut, Quraish juga menyinggung 3 hal yang menandai terbangunnya sebuah peradaban. Yakni, pertama tingginya kualitas keimanan, tertanamnya akar luhur (islam) dan meningkatnya kesejahteraan.

"Jika tidak ada ketiga atau kurang salah satu maka peradaban tidak akan terbangun justru hancur berantakan," tegasnya.Ketiga hal tersebut, menurutnya, saat relevan jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia sekarang.

Sebagai penutup, Quraish mengatakan, setelah pristiwa hijrahnya Nabi SAW tidak akan ada lagi hijrah namun yang ada hanyalah jihad (perjuangan). Sebuah perjuangan untuk meninggalkan hal-hal negatif menuju hal-hal positif.   wawancara oleh: Agung Sasongko/Republika Online

(sumber:Republika.co.id)

Post a Comment

 
Top