Tidaklah suatu kehancuT ran kecuali di dalamnya terdapat orang-orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya atau bersabar menahan diri dari ketergesaan. Mengendalikan diri dari sikap berlebihan.
Sabar memiliki muatan untuk berpasrah diri kepada Allah menerima keadaan. Sabar mengandung kekuatan jiwa yang luar biasa. Sehingga, ia tidak berkeluh kesah menghadapi berbagai tantangan dan musibah.

Sebagaimana Allah berfirman. “Maka, tolonglah diri kalian dengan sabar dan shalat.
Sesungguhnya hal demikian itu adalah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (illa al-khasyi'in).“ (QS alBaqarah [2]: 45).

Kata khaasi'in (orangorang yang khusyuk), setara dengan keadaan takut, tunduk, dan bergetar jiwanya penuh rasa kecemasan. Sebagaimana dalam surah alGhaasiiyyah [88]: 2. “Wujuhuy yauma-iddin khaasyi'ah“ (Pada hari itu wajah-wajah mereka tunduk).“

Maka, jadikan sabar dan shalat sebagai sikap mengahadapi keadaan. Tetaplah berjalan menapaki jalan yang diridai-Nya. Karena, Allah akan menjanjikan taman-taman surga dengan sapaan cinta dari para Malaikat.

“.... Dan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. “ (QS ar-Ra'd [13]: 23-24).

Makna kesabaran yang berasal dari bahasa Arab “shabara“ bermakna menahan atau mengendalikan diri. Di dalam pribadi orang yang sabar terdapat kekuatan batin untuk menahan emosi (tadzammur), menjauhi amarah, dengki, dan dendam.

Dalam hati orang yang sabar tidak lagi terpikat pada hal-hal seperti itu. Karena di kamar hatinya telah penuh dengan cinta. Sabar membentuk kepribadian yang tangguh, lapang hati, dan berani (sa'adah dan saja'ah).

Kesabaran adalah hiasan dan salah satu ciri para mukminin. Rasulullah SAW bersabda “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya.
Dan, hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin.
Yaitu, jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersa bar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.“

(HR Muslim dari Suhaib RA).

Sikap sabar melahirkan pribadi-pribadi yang tekun, tangguh, dan mampu menunda kenikmatan. Sabar bukanlah sikap fatalis, pasrah tanpa ikhtiar, atau putus asa. Sabar itu bagaikan seorang petani yang memelihara tanamannya dari segala hama yang akan merusak tanamannya.

Dengan memiliki kesabaran, ilmu, dan ikhtiar yang kuat para petani menuai hasil panennya secara berlimpah.
Sungguh, kita membutuhkan orang-orang yang sabar. Wallahu a'lam.
sumber : Republika edisi : Sabtu, 16 Juni 2012 hal. 01 Oleh Ustaz Toto Tasmara

Post a Comment

 
Top