Suatu musibah telah menimpa seorang teman. Kendaraan yang ditumpanginya dalam suatu perjalanan piknik mengalami kecelakaan. Mobilnya ringsek berat. Istri dan kedua anaknya meninggal. Ia sendiri luka berat. Hari-hari setelah kecelakaan merupakan kesedihan berat baginya. Dan lelaki itu pun mempunyai kebiasaan baru: suka murung dan bergumam. ''Seandainya saya tak mengajak mereka bertamasya, barangkali mereka masih hidup,'' katanya seraya menarik nafas panjang seakan mau melepaskan beban derita itu. Dalam keadaan seperti itu, kesedihan yang berkepanjangan tentu tak ada gunanya dan tak akan menyelesaikan masalah. Sikap yang terbaik adalah berserah diri, tawakkal. Islam sendiri arti harfiahnya adalah pasrah. Dan tawakal adalah sikap pasrah pada setiap persoalan, dengan mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah.

Namun yang harus diingat dalam berserah diri ini, tawakal adalah batas akhir upaya. Bukan tawakal namanya bila seseorang belum mencoba dan berusaha. Dan sikap seperti inilah yang selalu dinasihatkan Nabi SAW kepada sahabatnya. Suatu kali, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW. ''Ya Rasulullah, saya melepaskan onta milik saya, kemudian setelah itu bolehkah saya bertawakal?'' tanyanya. ''Ikat dan tambatkan (ontamu) dulu,'' jawab beliau, ''lalu bertawakallah.'' Dengan kata lain, Nabi SAW melarang orang tadi bertawakal sebelum mengikatkan onta yang mau ditinggalkan. Kalau dibiarkan lepas, ada kemungkinan onta itu akan lari dan kemudian hilang.

Diriwayatkan oleh Said bin Musyayyab, sebagaimana dikutip Shekh Muhammad bin Abu Bakr dalam kitabnya al-Mawaidh al-'Usfuriyah, bahwa suatu hari Rasulullah bertandang ke rumah Ali bin Abi Thalib dan menanyakan kesehatan sahabat dan sekaligus menantunya itu. Ali pun menjawab, ''Aku berada dalam empat kesedihan: Di rumahku tak ada makanan selain air. Aku memikirkan anak-anakku. Aku memikirkan Allah dan hari kemudian. Dan aku memikirkan malaikat maut.'' Baginda Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan, ''Ketahuilah wahai putra Abi Thalib, rezeki manusia itu di tanganNya. Sedangkan kesedihan itu tak bisa membawa mudlarat ataupun manfaat. Karena itu bertawakallah, niscaya engkau menjadi teman Allah.''


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/10/11/6881-berserah-diri)

Post a Comment

 
Top