menyambut ramadhan

"Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu" (H.R. Bukhari dan Muslim)

Setiap kali mengupas bulan Ramadhan maka tak akan habis maknanya. Entah itu ketika menyambut, melaksanakan, bahkan ketika berpisah. Ramadhan-lah yang menjadi indikator makna bulan-bulan berikutnya. Ketika menyambut bulan yang istimewa, kita akan merasakan perasaan yang istimewa. Perasaan itu begitu nyaman lagi membahagiakan. Rasa yang tak akan bisa ditangkap oleh panca indera namun terasa nyata di hati. Selalu ada rasa yang begitu spesial ketika Ramadhan mulai menghampiri.

Ketika bertemu bulan yang penuh keberkahan, ruang hati yang tadinya kosong menjadi penuh dengan rasa istimewa itu. Bahkan suasana, kondisi dan lingkungan pun turut merayakan kedatangan bulan Ramadhan. Angin yang sejuk, bau udara yang harum, suasana indah berpadu dengan harmonis menimbulkan rasa yang begitu istimewa pada bulan Ramadhan.

Hari-hari dipenuhi dengan nikmat ibadah di tengah lapar dan dahaga. Setiap kebaikan berlipat ganda pahalnya. Berkah yang melimpah bisa terasa meski hanya memperhatikan setiap hembusan nafas. Kesalahan dan dosa berlari seiring istighfar dan taubat. Kesalahan dan dosa terkikis karena ampunan-Nya. Rahmat-Nya yang luas adalah penghargaan bagi orang-orang yang terpilih. Lebih istimewa lagi, adanya malam Laitul Qadr, malam yang senantiasa diharapkan oleh setiap mukmin.

Maka, bulan Sya'ban adalah momen puncak untuk bersiap siaga menyambut Ramadhan. Ada banyak hal yang harus kita persiapkan untuk mengoptimalkan Ramadhan yang mulia. Dengan persiapan setidaknya menghindari kita dari kelalaian ketika menghadapi perintah ibadah pada bulan Ramadhan.

Secara singkat, setidaknya ada empat persiapan yang bisa kita lakukan dalam bersiap siaga menyambut Ramadhan:

Pertama, Persiapan Ruhiyah
Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Allah `azza wa jalla menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyah nafs) dalam firman-Nya, "Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya." (Q.S. Asy-Syams [91] : 9)

Ketika telah mempersiapkan ruh kita, insya Allah kita menjadi senang dengan kedatangan Ramadhan sehingga senang juga menjalankan kewajiban yang harus kita jalankan. Maka dalam waktu yang tersisa ini, kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita. Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amal-amal kita tidak akan diterima.

Kemudian, ibadah juga harus ditingkatkan. Memasuki bulan Sya'ban, Rasul  shallallahu ‘alaihi wasallam meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, dzikir dan amal shalehnya. Peningkatan tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas seorang Muslim.

Jika biasnya dalam sebulan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya'ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah ra. bahwasanya, "Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya'ban) sehingga kita mengatakan beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya'ban" (H.R. Bukhari-Muslim).

Kedua, Persiapan Fikriyah
Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya.

Memahami berbagai persoalan yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan menjadi sangat penting agar kita tidak bingung dalam melaksanakannya dan tidak melanggar ketentuan dan batasannya. Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam kitab Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu itu sebelum Ucapan dan Perbuatan). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama Ramadhan dengan benar? Dengan ilmu, maka ibadah dapat dilakukan dengan cara yang benar dan diterima oleh Allah `azza wa jalla.

Ketiga, Persiapan Jasadiyah
Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan fisik kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan.

Sebagaimana kita ketahui, muslim yang sakit tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa, tetapi harus mengqadhanya sesudah Ramadhan berakhir bila kondisi kesehatannya sudah kembali pulih. Karena itu, kondisi fisik yang sehat juga harus kita persiapkan sebelum Ramadhan tiba.

Keempat, Persiapan Maliyah
Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramadhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya.

Ramadhan merupakan bulan amal shalih. Diantara amal shalih yang sangat digalakkan pada saat Ramadhan adalah berinfaq dan bersedekah. Agar dapat memanfaatkan keberkahan bulan Ramadhan, maka sepatutnya seorang muslim menyiapkan sebagian hartanya sebelum kedatangan bulan Ramadhan untuk di infaqkan dan disedekahkan pada bulan Ramadhan nantinya. Dalam sebuah riwayat Imam Baihaqi disebutkan, dari Aisyah ra. ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika datang bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta."

Persiapan untuk Ramadhan harus kita lakukan agar ibadah Ramadhan yang kita lakukan tidak hanya menghasilkan lapar dan haus saja. Tetapi juga peningkatan ketaqwaan kita kepada Allah dalam arti yang sebenar-benarnya. Mari kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan, keimanan dan ketulusan hati. Raihlah berbagai keutamaan yang dibawa oleh Ramadhan dengan melakukan berbagai amal shaleh dan beribadah secara optimal.

(Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No. 27 Thn.XL, 26 Sya'ban 1434 H/5 Juli 2013 M Oleh Muttaqin Salam)

Post a Comment

 
Top