Diriwayatkan dari Siti Aisyah, Nabi SAW masuk ke tem- patnya dan di sisinya ada seorang perempuan dari Bani Asad. Lalu, Nabi bertanya, "Siapakah ini?" Aisyah menjawab, "Si Fulanah (ia tidak pernah tidur malam), ia menceritakan shalatnya.

Nabi bersabda, "Lakukanlah (amalan) menurut kemampuanmu. Demi Allah, Dia tidak merasa bosan, sehingga kamu sendiri yang bosan. Amalan agama yang paling disukai Allah SWT adalah yang dilakukan oleh pelakunya secara kontinu.'' (HR Bukhari).

Dalam hadis di atas, Rasulullah mengingatkan amalan paling baik dan disukai Allah adalah amalan yang dilakukan secara kontinu, bukan berdasarkan besarnya amalan. Amalan kecil bila kontinu lebih baik daripada amalan besar, tapi dilakukan hanya sekali.

Amalan kecil yang dilakukan terus-menerus dalam pandangan Allah menjadi amalan yang besar. Sebaliknya, kesalahan (maksiat) yang kecil dilakukan secara terus-menerus maka lambat laun menjadi besar, sehingga menumpuklah dosa kita.

Rasulullah bersabda,'' Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan secara terus-menerus. Artinya, dosa kecil yang kontinu akan menjadi dosa besar. Karena itu, melakukan shalat Dhuha dua rakaat setiap pagi lebih baik daripada 12 rakaat cuma sekali.

Menunaikan Tahajud dua rakaat setiap malam lebih baik daripada 13 rakaat beserta witirnya, tapi hanya sekali. Begitupun membaca Alquran satu ayat setiap hari lebih baik daripada membaca beberapa ayat tapi hanya sekali (hal ini biasanya dilakukan hanya pada Ramadhan).

Bersedekah Rp 1.000 setiap hari lebih baik dibandingkan bersedekah Rp 100 ribu, tetapi hanya sekali. Rasulullah tidak menekankan jumlah rakaat, berapa ayat, dan berapa rupiah, melainkan kontinuitas ketika beramal.

Dalam beribadah, Rasulullah mengajarkan umatnya agar melakukannya sekuat tenaga dan semampu kita. Allah berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.'' (QS al-Baqarah:286).

Dan, Nabi bersabda, ''Kerjakan amal perbuatan sekuat tenagamu, Allah tidak jemu menerima dan memberi, sehingga kamu jemu beramal, dan shalat yang disukai adalah yang di kerjakan terus-menerus meskipun sedikit.'' (HR Bukhari-Muslim).

Untuk menjalankan suatu amalan, harus didasari kesabaran dan keyakinan. Tanpa hal tersebut, sulit untuk membiasakan amalan (ibadah). Sebab, kesabaran dan keyakinan melahirkan semangat, sehingga dalam keadaan apa pun kita terus beribadah.

(Sumber: Republika edisi : Jumat, 23 Mei 2014 Hal. 25 Oleh Pudji Dwi Setiawati)

Post a Comment

 
Top