Oleh Bahrus Surur-Iyunk


Saat masih di Makkah, Rasulullah pernah kedatangan seorang tamu yang buta, Ibnu Ummi Maktum.
Ia berkata, "Wahai Rasulullah, ajar kanlah aku dari apa yang Allah ajarkan kepadamu." Saat itu, Rasul sedang bercengkerama dengan para pembesar kaum ka fir Quraisy.

Karena menganggap mereka lebih penting dalam mengembangkan dakwah di kemudian hari, Rasul pun berpaling dari sahabatnya yang buta ini. Rasulullah bertanya kepada para pembesar Qurasiy, "Apakah menurutmu apa yang aku katakan (tentang dakwah tauhid) ini baik?"

Salah seorang lelaki pembesar musyrikin itu menjawab, "Tidak." Atas kejadian ini, turunlah surah Abasa sebagai teguran atas sikap Rasulullah yang memalingkan dan bermuka masam terhadap sahabatnya itu. (HR At-Tir - midzi dari Aisyah ra nomor 2651).

Di kemudian hari, ketika Rasulullah telah tinggal di Madinah, beliau memiliki kebiasaan singgah di sebuah masjid yang ia lewati. Di sana, ada seorang perempuan hitam yang menurut Imam Baihaqi dalam Subulussalamber nama Ummu Mihjan. Ia biasa menyapu masjid.

Setiap datang ke masjid itu, Rasulullah menyapanya. Pada suatu hari, Rasulullah berkunjung kembali dan menanyakan tentang perempuan itu, "Di mana dia dan bagaimana kabarnya?" Para sahabat lalu mengabarkan perempuan itu telah meninggal dunia.

Ada kesan para sahabat menganggap kecil urusan itu, sehingga merasa tak perlu mengabarkannya kepada Nabi. Nabi pun berujar, "Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku? Tunjukkan di mana kuburannnya!"

Lalu, Nabi pun mendatangi kuburannya dan shalat jenazah di atasnya. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah). Dua riwayat ini hendak menggambarkan betapa Islam memandang manusia itu sama derajatnya di sisi Allah. Yang berbeda hanyalah takwanya.

Pertemanan dalam Islam tak bergantung jabatan, harta kekayaan, dan kesempurnaan jasmaniah. Rasul ditegur Allah karena bermuka masam terhadap orang buta tapi beriman. Di sisi lain, Rasul menganggap penting perempuan hitam yang istiqamah membersihkan masjid.

Dalam hadis qudsi, Rasulullah menyatakan, "Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah akan bertanya, `Wahai anak Adam, Aku meminta makan dan minum kepadamu, tetapi mengapa engkau tidak mau memberi-Ku makan dan minum?' "
Si anak Adam itu menjawab, "Ba gaimana mungkin aku memberi Engkau makan, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam."
Allah berfirman, "Bukankah engkau mengetahui hamba-Ku, si fulan meminta makan dan minum ke padamu, tetapi engkau tidak mau memberinya makan dan minum.
Seandainya engkau memberinya makan dan minum, tentu eng kau akan dapatkan hal itu di sisi-Ku.\"
(HR Muslim).
Wallahu a'lam.


(Sumber: Republika edisi : Kamis, 08 Mei 2014 Hal. 21 Oleh Bahrus Surur-Iyunk)  

Post a Comment

 
Top