Malam itu seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Ubbad bin Bisyr tengah berjaga di pos perbatasan. Ia di temani oleh Ammar bin Yasir yang tengah tertidur. Mereka berdua menjaga pos bergantian demi menjaga keamanan.

Ubbad bin Bisyr mengisi malam dengan qiyamul lail yang panjang. Ia laporkan segalanya kepada Allah SWT di saat yang bening. Ia nikmati berdialog dengan Allah SWT lewat bacaan Alquran. Kenikmatan membaca Alquran begitu indah terasa oleh Ubbad.

Tanpa sadar, tiba-tiba musuh melepaskan anak panah ke arahnya. Dan tubuh Ubbad yang tengah melaksanakan qiyamul lail pun seketika ditembus anak panah hingga bersimbah darah. Ubbad hanya menatapi darah yang mengalir, ia lalu meneruskan bacaan Alquran. Lalu panah kedua, ketiga, dan seterusnya menembus tubuhnya.

Hingga saat darah banyak mengalir, Ubbad pun limbung. Ia terjatuh lalu meraih tubuh Ammar bin Yasir yang sedang tidur. Dengan tenaga tersisa, Ubbad membangunkan Amar. Saat tersadar, Ammar melompat melihat saudaranya bersimbah darah. Ammar pun langsung membangunkan Muslimin lainnya, dan alhamdulillah atas izin Allah SWT musuh berhasil dipukul mundur.

Lalu Ubbad diberi pertolongan. Saat ditangani oleh sahabat yang lain, Ammar bertanya kepada Ubbad bin Bisyr, "Mengapa engkau tak bangunkan aku saat panah pertama menembus tubuhmu?" Sambil menyeringai Ubbad membalas, "Aku tak ingin memutus kenikmatan membaca Alquran." (lihat QS 7: 196).

Seorang pria bernama Jefri mengisahkan ibunya yang berumur 70 tahun. Sang ibu memiliki kegemaran membaca Alquran, kapan saja dan di mana saja. Bila membaca Alquran, seolah ibunya tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Begitu khusyuk dan begitu nikmat.

Di usianya yang senja, sang ibu terkena kanker rahim. Dokter menyarankan ibunda untuk dioperasi. Namun, kemungkinan berhasilnya hanyalah 50 persen, itu pun amat berisiko terhadap keselamatan ibunda. Dokter memberi tahu Jefri bahwa ibundanya akan merasakan kesakitan yang berkepanjangan hingga minimal enam bulan ke depan.

Jefri dan saudaranya diminta untuk menguatkan mental ibunda dan selalu menghiburnya bilamana ibunda kesakitan. Sang ibu begitu tenang menghadapi operasi. Sedikit pun tak tampak keraguan pada dirinya. Sebelum dioperasi sang ibu mendapat bius lokal di sekitar perut. Tubuh bagian atas masih sadar saat menjalankan operasi. Tak satu pun di antara para anaknya yang diizinkan masuk ke ruang operasi.

Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Saat ibunya siuman, Jefri dan semua saudaranya langsung menghibur agar ibunya tak merasa sakit. Namun, subhanallah keajaiban terjadi. Sedikit pun ibunda tidak merasa sakit. Malah beliau tertawa, bercanda dengan kami ke luarganya.

Saat kami tanya bagaimana sikap ibunda saat menjalani operasi? Beliau menjawab, "Aku menjalani operasi dengan hati yang ikhlas. Hidup dan matiku di tangan Allah. Tak ada kekhawatiran. Saat operasi, aku merasa begitu tenang, sebab aku dengar semua anak-anakku membacakan Alquran."

Jefri dan saudaranya saling berpandangan. Ia merasa heran sebab tak seorang pun diizinkan mendampingi ibunda di ruang operasi, apalagi membaca Alquran. Allahu Akbar.

(sumber:Republika, edisi Rabu, 16 Juli 2014 Hal. 1 Oleh Ustaz Bobby Herwibowo)

Post a Comment

 
Top