Sejak kalah dalam Perang Khaibar, Yahudi Madinah bersumpah menuntut balas untuk menumpas Muhammad SAW dan para pengikutnya. Perang tersebut dikomandoi oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. Dalam ekspedisi itu, umat Islam memperoleh kemenangan yang gilang gemilang.

Begitulah kemudian, dipelopori oleh tokohnya, Huyai bin Akhtab, orang-orang Yahudi membentuk gerakan rahasia -- khusus untuk menghasut, mengadu domba, menyebarkan isu bohong dan berkhianat bila mengadakan perjanjian dengan umat Islam. Kalau saja Allah SWT tidak menginformasikan hal tadi kepada Rasulullah (melalui wahyuNya), mungkin kaum muslimin kala itu sudah termakan manuver Yahudi yang sangat mendendam terhadap perkembangan Islam itu.

Kenyataannya: memang mereka tak saja telah terdesak keyakinannya. Juga lantaran 'imperium dagang' yang selama ini dibangun para konglomerat Yahudi -- harus berhadapan dengan saudagar Muslim yang menjalankan praktek bisnis berdasarkan etika ajaran Muhammad SAW. Dan akhirnya, kolusi yang dibangun antara Yahudi Madinah dengan pengusaha Quraisy di Mekah tidak membawa hasil, bahkan sebaliknya menarik simpati masyarakat luas terhadap Islam.

Abdullah bin Ubay yang menonjol dalam melakukan manuver -- antara lain pernah membelot bila ikut berjihad -- di zaman Nabi SAW tak berhasil menjalankan usaha memecah belah umat. Sepeninggal Rasul SAW, Sayidina Abu Bakar r.a. bertindak tegas pada komplotan Bani Israel yang sempat pula memancing di air keruh namun gagal. Begitu pula di zaman Khalifah Kedua Sayyidina Umar bin Khattab. Karena begitu kuat dan disiplinnya pemerintah Umar, hingga membuat mereka tak berkutik menghadapi kepemimpinannya.

Sepeninggal Umar, suksesi berjalan lancar, lantaran sudah diletakkan dasar-dasar pemilihan yang demokratis (syura) berdasarkan etika Alquran dan pengalaman praktis khalifah sebelumnya. Melalui majelis legislatif (ahlul halli wal aqdi) yang diduduki para sahabat terpandang (antara lain wakil dari Partai Muhajirin dan Anshar), majelis kemudian memilih Sayidina Usman bin Affan sebagai khalifah.

Kepemimpinan lelaki sepuh menantu Nabi yang agak 'longgar' ini lalu dimanfaatkan oleh komplotan Yahudi untuk memecah belah umat. Mereka sengaja menghembuskan isu bohong dikotomi sahabat dan keluarga Nabi (Ahlul Bait). Umat sempat terpecah belah, dan darah mengalir. Reputasi Yahudi seperti itu sudah sangat dikenal. Apakah umat Islam akan terus membiarkan diri jadi korban mereka lagi?

(sumber:republika.co.id)

Post a Comment

 
Top