Membangun fisik negara tak sulit, tapi membangun pribadi manusia tak mudah. Banyak orang yang makmur secara duniawi, tapi pribadinya hancur. Bila di negara kita banyak kaum intelektual atau para cendekiawan, tapi bila kita tak jujur karena tak dilengkapi dengan keyakinan kepada Allah, maka tipis harapan akan terjadi revolusi ideal bagi martabat umat manusia karena perubahan membutuhkan kejujuran dan keikhlasan sebelum dilengkapi dengan profesionalisme.
Membangun bangsa yang rusak menjadi mulia dan bermartabat dalam tempo yang cepat hanya dapat dicapai dengan meningkatkan Ma'rifatullah (keyakinan kepada Allah). Misalnya, Jazirah Arab yang moralnya termasuk paling rusak pada zamannya, setelah datang Rasulullah, hanya dalam tempo 23 tahun berubah menjadi bangsa yang sangat disegani.
Artinya perubahan peradaban harus dimulai dengan kekuatan iman. Perubahan total yang drastis tak dapat terjadi dengan tekanan uang atau ancaman, tetapi bisa terjadi dengan kekuatan keyakinan kepada Allah, bahkan hal itu dapat mengubah sesuatu bukan hanya dalam bilangan tahun, bulan, minggu, atau hari, tapi bahkan bisa dalam bilangan detik atau yang lebih kecil lagi.
Misalnya kisah Musa As yang melawan para tukang sihir di zaman Fir'aun. Setelah melihat mukjizat Musa As, mereka tersungkur sujud dan beriman kepada Tuhannya Musa. Sesaat kemudian, yang semula berharap imbalan berupa uang berubah menjadi berharap ampunan Allah. Yang semula mengagungkan Fir'aun berubah menjadi mengagungkan Allah, walau diancam akan dipotong bersilang tetap tak gentar. Perubahan dalam tempo yang sangat cepat.
Contoh lainnya, Umar bin Khattab yang sebelumnya begitu pemarah, keras, bahkan pernah mengubur hidup-hidup anaknya sendiri, setelah mendapat iman menjadi begitu bermurah hati dan penyantun. Hanya dengan kekuatan iman seorang pengecut tiba-tiba bisa menjadi pemberani dan seorang pemalas tiba-tiba bisa menjadi bersemangat.
Siapapun yang menginginkan perubahan yang cepat dan ideal, maka kuncinya adalah tingkatkanlah keyakinan kepada Allah SWT. Makin mengenal Keagungan Allah, maka akan makin merasakan kelemahan dan kekurangan diri. Makin merasa senantiasa ditatap oleh Allah, maka akan makin tak berarti pengawasan makhluk. Makin mengharapkan penghargaan dari Allah, makin tak berarti penghargaan makhluk. Makin yakin akan sempurnanya balasan Allah, akan makin tak berharap balasan dari makhluk.
Ikhlas tak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang mengenal Allah. Ketenangan, kebahagiaan, kedamaian, dan kesuksesan berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah. Oleh karena itu, upaya untuk memburu agar kita semakin mengenal, dekat, dan akrab dengan-Nya harus menjadi program inti, walau sebesar apapun biaya, tenaga, atau waktu yang harus kita korbankan.
Struktur rumah tangga kita pun harus dibentuk agar menjadi rumah tangga pemburu Allah SWT. Begitupun andai kita memiliki perusahaan harus dibuat menjadi perusahaan yang mengejar Allah SWT. Untuk apa kita hidup bila tak mengenal pilar terpenting kemuliaan dunia akhirat kita? Dalam Ma'rifatullah ada rambu-rambu agar keyakinan kita kepada-Nya pada rel yang tepat, tak menjadi alasan untuk membenarkan kelemahan dan kemaksiatan, atau menjadi tempat menyembunyikan diri dari kemalasan dan kegigihan berikhtiar. Jangan sampai kita tertipu.
Misalnya, jangan sampai keyakinan bahwa Allah Mahakaya membuat kita tak gigih menjemput rezeki. Jangan sampai keyakinan bahwa Allah Maha Pengampun membuat kita ringan berbuat dosa. Jangan sampai keyakinan bahwa Allah Maha Memberi membuat kita lalai mencari nafkah. Jangan sampai beratnya ujian hidup membuat kita kecewa dengan perbuatan-Nya, padahal setiap ujian pasti telah diukur oleh Allah Yang Mahaadil.
Rambu-rambu Ma'rifatullah di antaranya adalah bahwa Allah itu Ahad, Mahaawal, Mahakekal, tempat bergantung dan tak menyerupai atau diserupai apapun. Inilah yang insya Allah akan kita bahas minggu depan. Semoga prolog ini mengantarkan kita untuk lebih bersungguh-sungguh meluangkan waktu, tenaga, dan biaya, untuk mencari Allah SWT. Semoga kita lebih optimis menghadapi hidup ini, hingga terjadi perubahan yang cepat pada diri, keluarga, umat, atau negeri ini, buah dari keyakinan kepada-Nya. Wallahu A'lam.
(sumber:Republika Oleh: KH Abdullah Gymnastiar edisi Jumat, 28 Maret 2003)
Post a Comment