Kemerdekaan dan Kebebasan Antara kemerdekaan dan kebebasan harus ada pembahasan dari pandangan sisi keimanan dan hubungan kita ke pada Allah SWT. Termasuk juga jiwa raga kita ini dan segala yang menempel pada diri kita.

Banyak orang menginginkan kebebasan sebebas-bebasnya. Dia menggunakan mata, tapi seenaknya sendiri, menggunakan telinga seenak dirinya. Omongan orang lain, didengerin saja, baik omongan baik maupun tidak baik tanpa ada filter dari yang dia dengar.

Mata juga demikian, apa saja mau dia lihat. Dia tak peduli apakah Allah ridha atau tidak. Hati juga begitu, maunya dipergunakan sebebas-bebasnya. 
 
Apakah ini yang dinamakan kemerdekaan? Tidak. Ini lebih cenderung pada freemason. Bukan kebebasan dalam arti sesungguhnya. Allah memberikan kebebasan ini, tetapi masih ada aturan.
Tujuannya agar hidup manusia teratur, rapi, tertib, dan indah.

Seperti di jalan raya, silakan pergunakan kapan pun. Tapi, taati peraturan. Jika semua pengguna jalan seenaknya, tidak ada keteraturan dan ketertiban, justru kesemrawutan dan kemacetan, bahkan kecelakaan.

Memakai mobil, pakailah safety belt. Yang pakai motor, gunakan helm. Begitu juga dengan seluruh anggota badan. Pergunakan tangan, kaki, mata, telinga, dan anggota tubuh lainnya sebaik-baiknya. Silakan pergunakan sebebas-bebasnya dengan tetap berpegang pada aturan yang ada.

Kaki dan tangan memang ada di tubuh kita. Namun, bukan seenaknya saja kita menggunakannya. Tetap harus patuh pada aturan. Sebab, tangan, kaki, seluruh anggota tubuh, dan apa pun di dunia ini semuanya milik Allah.

Kaki digunakan ke masjid, majelis taklim, dan lainnya. Tangan hanya makan yang baik-baik, yang halal.

Itulah kemerdekaan, bebas berbuat sesuai aturan. Sebab, kebebasan dan aturan itu untuk kehidupan le bih baik dan menjadikan manusia beradab, menghargai satu sama lain.

Demikian juga dalam hal makanan. Silakan makan yang baik, yang enak. Tapi, lihat kondisi, mampukah makan seenaknya sendiri? Apakah tubuh kita mampu menerimanya? Jangan sampai, makanan yang kita makan justru akan menyusahkan diri sendiri.

Allah berfirman, "Makanlah makanan yang baik (halal, tayib), tapi jangan berlebihan." Marilah kita renungi makna kemerdekaan, kebebasan itu penuh penghayatan dan pengamalan iman.
Jangan sampai, kemerdekaan dan kebebasan yang kita dapat, justru menjerumuskan kita pada hal yang tidak baik, dan membuat celaka.

Tujuannya agar kehidupan kita semakin baik, lebih beradab sehingga Allah meridhai. Dirgahayu negeriku, dirgahayu bangsaku. 
 
(sumber:Republika, edisi Senin, 18 Agustus 2014 Hal. 01 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top