Setiap Mukmin pasti mendambakan husnul khatimah, namun tidak semuanya mempersiapkannya dengan baik. Padahal kematian merupakan sebuah keniscayaan yang pasti terjadi namun tak ada yang mengetahuinya. Tidak sedikit di antara manusia berprinsip, "nanti saja mendekatkan diri kepada Allah setelah pensiun atau kalau sudah tua".

Dari segi bahasa, husnul khatimah berarti akhir kehidupan (kematian) yang baik. Sedangkan menurut istilah, husnul khatimah adalah kondisi yang baik, dalam arti tetap beragama Islam, yang dijalani oleh Muslim hingga akhir hayatnya.

Orang yang meninggal dunia dalam kondisi menjadi penganut Islam yang baik termasuk orang berpredikat husnul khatimah. Sebaliknya, orang-orang yang meninggal dunia dalam kondisi tidak menjadi penganut Islam yang baik berpredikat su'ul khatimah (akhir hayat yang buruk).

Husnul khatimah yang terbaik, yakni sebelum mengembuskan napas terakhir, seorang Muslim dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Mu'adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang akhir ucapannya lailahailla Allah(tiada Tuhan selain Allah) maka ia akan masuk surga." (HR Abu Dawud dan al-Hakim)

Mengapa kita perlu meraih husnul khatimah? Karena husnul khatimah merupakan pilihan akhir hayat untuk diraih demi kebaikan hidup kita di akhirat kelak. Husnul khatimah merupakan "tiket masuk" surga yang wajib hukumnya kita usahakan sekaligus dapat menjauhkan kita dari siksa neraka.

Oleh karena itu, setiap Muslim perlu, misalnya, membuat desain dan target kehidupannya secara jelas, terencana, dan terukur, baik target personal, target berkeluarga, dan sebagainya. Pertama, target personal yang hendak diraih, yaitu predikat an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan damai), sehingga "kepulangannya" ke hadirat Allah justru merupakan panggilan yang merindukan, bukan sesuatu yang menakutkan. "Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke surga-Ku." (QS al-Fajr [89]: 27-30)

Kedua, target berkeluarga, yaitu mewujudkan keluarga "samara" (sakinah, mawaddah wa rahmah), yakni keluarga yang penuh kedamaian, ketenteraman, serta cinta kasih dan kasih sayang), sehingga mampu mewujudkan surga duniawi, "Rumahku adalah surgaku".

Ketiga, target berketurunan, yaitu mendapat qurrata a'yun wa dzurriyah thayyibah (anak cucu yang menjadi penenteram jiwa dan penyejuk hati, keturunan yang baik dan unggul) sesuai dengan doa kita, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS al-Furqan [25]: 74)

Keempat, target bersosial dan bermasyarakat, yaitu merealisasikan qaryah thayyibah (masyarakat madani yang baik, berkeadaban, dan berperadaban), sehingga terwujud tatanan sosial yang damai, toleran, bermartabat, dan berkeadilan sosial. Kelima, target bernegara, yaitu mewujudkan baldah thayyibah wa rabbun ghafur (negeri yang baik, adil makmur, dan mendapat pengampunan Tuhan).
Jadi, memperbaiki peta jalan kehidupan kita di dunia (ad-dunya maz ra'atul akhirah)
pada dasarnya merupakan bekal baik untuk memperbaiki akhir hayat. Semoga!

(sumber:Republika, edisi Sabtu, 16 Agustus 2014 Hal. 12 Oleh Muhbib Abdul Wahab)

Post a Comment

 
Top