Islam tidak mengajarkan umat Muslim hanya taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya di bulan suci Ramadhan, setelah itu kita kembali berbuat dosa.
Justru, dari ibadah di bulan Ramadhanlah kita memantapkan komitmen untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya seumur hidup kita.

Dalam surat an-Nahl ayat 92, Allah SWT berfirman yang artinya, ''Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudah dipintal dengan kuat, sehingga menjadi cerai-berai kembali.''

Ini adalah sebuah ibrah (pelajaran) yang sangat mahal. Allah SWT merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore, ia hanya memintal benang. Sore hari, ketika pintalan benang itu selesai, ia cerai beraikan kembali.

Perhatikan, Allah SWT melarang agar akhlak wanita tersebut tidak ditiru. Perbuatan yang sia-sia, adalah kerugian nyata. Karena itu, Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan kita akan senantiasa istikomah.

Ketika salah seorang sahabatnya meminta nasehat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Rasulullah SAW menjawab, Qul amantu billah tsummastaqim (katakanlah aku beriman kepada Allah SWT kemudian istikomahlah).
Setiap tahun kita selalu menjalankan ibadah Ramadhan siang dan malam. Siangnya berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkan nuansa ketaatan itu akan bertahan seumur hidup kita? Atau itu hanya untuk Ramadhan saja?

Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan berakhir, ia pun jarang ke masjid? Seakan ia tak kenal lagi masjid. Naudzubillah...

Berapa banyak umat Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Alquran, tetapi begitu Ramadhan selesai dan berakhir, Alquran pun dilupakan begitu saja...

Hal ini mirip dengan kisah seorang wanita yang Allah SWT ceritakan di atas. Selama Ramadhan, ketaatan dirangkai. Begitu Ramadhan habis dan berakhir, ketaatan dicerai-beraikan kembali. Naudzubillah ...

Kisah tersebut ditampilkan Allah SWT agar kita dapat mengambil ibrah. Jangan sampai perbuatan baik yang sudah kita lakukan secara istikomah, terhenti begitu saja. Dan justru, dirusak oleh perbuatan yang sia-sia.

Nuansa Ramadhan harus dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita benar-benar menjadi khaira ummah (umat yang terbaik). Amin ya mujibassailin. Wallahu 'alam bish-shawab.

(sumber:Republika.co.id Oleh: Ustaz Ahmad Dzaki MA)

Post a Comment

 
Top