Jika seseorang menggunakan matematika biasa (berhitung ala manusia) untuk menghitung, maka hal itu tidak bisa diterapkan dalam sedekah. Sebab, matematika sedekah berbeda dengan matematika biasa.

Dan kalau menggunakan matematika biasa, sepertinya banyak orang yang tak akan mau bersedekah. Kenapa, karena setiap kita memberi kepada orang lain, dipandangnya, dilihatnya, diketahuinya, pasti akan berbeda. Bahkan, mungkin dianggapnya akan berkurang.

Misalnya, 10 dikurang 1, maka hasilnya pasti 9 (10 - 1 = 9). Dan kalau 10 dikurang 2, maka hasilnya akan delapan (10 - 2 = 8). Kalau 10 di kurang 7, maka hasilnya tersisa 3 (10 - 7 = 3). Demikian seterusnya. Itu hitungan matematika yang biasa atau umum.

Karena itu, ia harus punya matematika ilahiyah. Matematika sedekah yang berbeda dengan matematika biasa. Matematika ilahiyah, atau matematika sedekah, ketika seseorang bersedekah maka nilainya akan bertambah.

Misalnya, 10 dikurang 1, hasilnya bukan 9, melainkan 19. Kemudian 10 dikurang 2, maka hasilnya bukan 8, melainkan 28. Dan 10 dikurang 3, hasilnya bukan 7, melainkan 37. Begitu seterusnya. Semakin banyak disedekahkan, maka hasilnya pun akan terus bertambah.

Jadi, semakin dia tahu, semakin dia merasakan, semakin dia melihat, dan jika dia bersedekah, maka hasilnya akan semakin banyak. Dan jika mengetahui hal ini, semestinya dia akan makin rajin sedekah, dengan nilai yang lebih banyak lagi.

Nilai ini, jika kelipatannya hanya 10. Bagaimana jika hasilnya dikalikan dengan kelipatan 700 kali lipat? Tentu akan lebih besar lagi. Jika 10 dikurangi (disedekahkan) 10, maka hasilnya 7.000, bukan nol.

Seorang karyawan dengan gaji sebesar Rp 2 juta, tetapi pengeluarannya Rp 3 juta, tidak mungkin dia akan bersedekah. Sebab, untuk kebutuhan sehari- harinya saja sudah nombok. Begitu pula pandangan masyarakat umum akan hal ini. Akibatnya, jangankan untuk bersedekah, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya saja dia tak bisa. Hal ini juga yang membuat mereka dan kebanyakan umat Islam, enggan bersedekah.

Andai dia tahu matematika sedekah, niscaya mereka akan banyak bersedekah. Jika dia mengetahui gajinya Rp 2 juta sedangkan kebutuhannya Rp 3 juta perbulan, maka dia akan bersedekah untuk mencukupi kebutuhannya.

Bismillah. Misalnya, dia mengeluarkan 10 persen dari kebutuhannya (Rp 3 juta) atau sebesar Rp 300 ribu. Insya Allah, dia akan mendapatkan hasil sebesar Rp 4,7 juta. Bahkan bisa mencapai lebih besar lagi bila dikalikan dengan 700 kali lipat.

Seorang pengusaha punya giro sebesar Rp 100 juta, tapi dia punya kebutuhan yang harus ditunaikan sebesar Rp 700 juta. Kemana mencari kekurangan Rp 600 jutanya? Setelah pengusaha ini meyakini dan memahami tentang ilmu sedekah, maka bismilla hirrah manirrahim, dia sedekahkan seluruh uang yang ada di gironya itu. Subhanallah, dia akan mendapatkan Rp 1 miliar.

Khusus di bulan suci Ramadhan ini, Allah akan makin melipatkan gandanya melebihi yang biasa. Jika pada bulan-bulan lainnya dilipatgandakan 10 kali lipat atau 700 kali lipat, tapi pada bulan puasa ini, Allah akan melipatgandakannya hingga ribuan bahkan puluhan ribu kali.

Karena itu, bila sudah memahami matematika sedekah ini, saya berharap seluruh pembaca Republika dikaruniakan Allah kelebihan rezeki yang berlipat-lipat. Sehingga bisa bersedekah semakin banyak, semakin besar. Dan tentu saja, tetap dengan niat yang tulus ikhlas karena mengharapkan ridha Allah Taala.

(sumber:Republika, edisi Senin, 14 Juli 2014 Hal. 1 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top