Kita seringkali luput untuk memperhatikan nikmat mata yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Padahal mata merupakan salah satu nikmat Allah yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan kita. Mata adalah alat pengamat yang paling canggih. Ia mampu membedakan warna secara rinci dan tepat, yang tak mungkin dicapai oleh alat elektronik yang hebat sekalipun. Sayangnya, orang jarang memikirkan karunia Allah yang tiada taranya itu. Manusia condong kepada memperhatikan bentuknya dari luar, seperti bentuknya yang bulat, besar, dan kecil, atau warnanya yang hitam, coklat, dan biru. Orang jarang memperhatikan pemeliharaan dan kesehatan mata. Mata yang merupakan alat pengamat yang paling baik dan dapat dipercaya kecermatannya, seharusnya dipelihara dan dilindungi dari pengaruh buruk yang dapat mengganggu keselamatannya.

Apabila mata terlalu banyak melihat hal yang dilarang oleh agama, dan pengawasan akal tidak terlaksana karena ia lemah atau terpengaruh oleh keinginan negatif, maka mata akan kehilangan kemampuan untuk melihat. Ia tetap berkedip, tetapi tak mampu menangkap obyek yang dilihatnya, dan tidak mampu pula melaporkan yang dilihatnya. Di kala itu, orang dikatakan buta karena matanya tidak dapat lagi melaksanakan fungsinya.

Peristiwa seperti itu sering terjadi pada orang-orang yang mengalami konflik kejiwaan, yang menghilangkan kemampuan salah satu anggota tubuhnya untuk berfungsi. Dalam hal ini, yang terjadi adalah hilangnya fungsi melihat pada matanya. Obatnya adalah perawatan kejiwaan (psikoterapi). Ketika itu manusia baru sadar, betapa pentingnya mata. Allah mengingatkan manusia yang tak mampu memanfaatkan alat-alat indranya dengan baik, ''Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata, tapi tak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka mempunyai telinga, tapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q. S. 7:179).

Demikianlah gambaran manusia yang tidak mau menggunakan mata. Alangkah sombongnya manusia yang tidak mau tahu tentang yang menganugerahkan mata yang mampu melihat, menangkap, dan menyampaikan laporan tentang temuannya secara cermat dan jujur. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menggunakan mata untuk kebaikan.

(sumber:Republika)

Post a Comment

 
Top