air asia jatuh

Muhasabah Sebenarnya, tidak ada ajaran untuk muhasabah akhir tahun bila mengkhususkan diri hanya pada akhir tahun. Begitu juga zikir, jika dikhususkan hanya akhir tahun. Namun, kaum Muslimin setiap saat diharuskan muhasabah dan zikir.

Menjelang tidur, pikirkan sejenak apa yang sudah dilakukan. Seraya minta bimbingan, sambil niat besok lebih baik lagi. Di dalam Islam juga ada niat sebagai pengontrol penuh soal visi-misi yang telah, sedang, dan akan dilakukan.

Maka, niat pun akan menjadi sarana muhasabah yang baik. Bukan soal hasil saja, melainkan sejak awal, buat apa dan untuk siapa semua amal dilakukan?

Allah memberi kita kesempatan memikirkan dosa. Bahkan pada perbuatan baik, dalam konteks, misalnya niatnya untuk apa dan siapa? Jika bukan untuk Allah, istighfar menjadi sarana untuk mengoreksinya. Terhadap berita yang kita lihat, kita dengar, Islam pun mendorong kita beristighfar dan berdoa. Akhirnya, juga menjadi sarana muhasabah.

Sebut saja yang terkini. Musibah hilang kontaknya pesawat AirAsia. Bagi kita ini bukan sekadar berita. Ini pesan dari Allah. Kita berdoa dan juga beristighfar sambil mengagungkan Allah. Mengakui kita banyak lalai, sedangkan maut mengintai begitu dekat.

Saya pribadi langsung bergidik. Saat mengingat kecelakaan ini hanya terpaut beberapa saat saya kembali dari Hong Kong. Langsung saya mengambil posisi doa dan istighfar bersama anak saya dan istri yang menyertai perjalanan.

Seraya saya memuhasabahi pula perjalanan kemarin dan semua perencanaan perjalanan. Yakni, memastikan sebelum jalan, sudah selesai melaksanakan kewajiban yang fardhu, beristighfar, bertobat, dan berdoa. Istilahnya, jika jalannya pukul 07.00, pastikan sudah Subuh berjamaah, sudah Tahajud serta Witir, dan Dhuha.
Selebihnya, pasrah, tawakal. Jika Allah menghendaki celaka, sudah ikhtiar menyelesaikan urusan dengan Allah.

Biar bagaimanapun, tahun Masehi sudah dipilih menjadi tahun yang dipakai bersama. Ini kekayaan kaum Muslimin. Yaitu, memiliki penanggalan dua macam: Hijriyah juga Masehi.
Seyogianya, setiap saat bermuhasabah. Termasuk, saat pergantian tahun, tanpa ada maksud sedikit pun merayakan. Sebab apa yang dirayakan? Apalagi jika setahun penuh isinya kekurangan amal baik, kebanyakan amal buruk dan dosa, tanpa prestasi pula.

Seyogianya pula senantiasa berzikir, bukan hanya malam tahun baru. Bagi saya semua malam itu sama saja. Kecuali malam yang ditetapkan Allah sebagai istimewa, seperti malam Jumat dan malam-malam Ramadhan.

Sama saja itu bukan berarti kosong. Artinya, ya selalu diisi dengan kebaikan. Mengaji, mengajarkannya. Berkumpul dengan orang-orang baik, berbicara dan membicarakan kebaikan. Zikir dan mengajak orang berzikir. Doa dan mengajak orang lain berdoa serta saling mendoakan. Aktivitas ini mewarnai seyogianya semua malam, bahkan juga semua pagi, siang, dan sore.

Akhirnya, yuk, kita muhasabahi selalu diri kita. Dan, selalu berusaha menjadi yang terbaik di sebanyak- banyaknya hal yang kita bisa sambil terus berdoa kepada Allah. Jangan lupa, hadir di Pengajian Bersama Republika pada 31 Desember 2014, shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Salam.

(sumber:Republika edisi Senin, 29 Desember 2014 Hal. 1 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)

Post a Comment

 
Top