sifat manusia

Teori tentang sifat dan tabiat manusia telah banyak dikemukakan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu teori yang sangat terkenal adalah teori libido seksual Sigmund Freud. Menurut teori ini, manusia menjadi sehat bila kebebasan seksnya tidak terhambat. Manusia yang hidup dengan aturan moral, demikian menurut teori ini, akan mengalami gangguan emosional alias stres. Karena itu, kata Freud, hanya dengan kekuatan seksnya manusia terbebas dari jeratan hidup.

Teori ini sepintas mengandung misi pembebasan manusia. Seakan sifat naluri manusia hanya cukup diselesaikan (diatasi) melalui kegiatan seks bebas. Padahal kebebasan manusia yang hakiki adalah kebebasan moral yang menaungi dan menghargai setiap tuntutan kehidupan pribadi dan umat. Teori Freud, nampaknya hanya ingin melestarikan tabiat (sifat) kebebasan manusia yang diperbudak oleh nafsunya semata. Sementara hak dan kepentingan orang lain (umat) dilalaikan.

Murtadho Mutahhari dalam bukunya Manusia Menurut Alquran mengritik teori Freud. Ia mengatakan, teori Freud sangat cocok dengan kepentingan penguasa: yang lemah ditundukkan dan yang kuat bebas berkuasa. Teori Freud, demikian Mutahhari, menyiratkan bahwa bila Anda kuat, Anda dapat berbuat apa saja selama tidak diprotes oleh orang lain. Sementara bila Anda lemah, reaksi orang lain akan membatasi kebebasan Anda. Dalam Alquran, manusia tidak serendah seperti yang dibayangkan oleh Freud. Alquran memang menggambarkan sifat paradoksal manusia yang dalam dirinya terdapat sifat baik dan sifat jahat (Q. S. 91: 8). Tetapi potensi positif manusia sangat dikedepankan oleh Alquran.

Manusia, menurut Alquran, dibedakan antara kata insan dan basyar. Kata insan yang berasal dari kata anasa, nasiya dan al-uns, menunjuk suatu pengertian sikap, kecerdasan menalar, menyesuaikan diri dengan realitas perubahan, berbudaya, menghargai tata aturan etik dan tidak liar. Karena itu, kata insan selalu digunakan oleh Alquran dalam konteks penjelasan fungsi manusia sebagai pemegang amanah, penegak amal saleh, dan penjelasan potensi lainnya. Abas Mahmud Aqqad dalam bukunya Al-Insan fi Alquran menyebut tiga fungsi kewajiban manusia. Pertama, tabligh (kewajiban menegakkan agama Allah). Kedua, berilmu. Ketiga, beramal (berkewajiban melaksanakan agama Allah).

Sedangkan kata basyar yang berarti kulit, digunakan untuk menyebut semua makhluk. Manusia dalam arti basyar (kulit) mengandung arti manusia yang bangun tubuhnya membutuhkan makan dan minum. Kehidupannya tergantung kepada kebutuhan materi. Kedua kata insan dan basyar mengisyaratkan bahwa manusia dalam ajaran Islam berada dalam dua dimensi.

Dalam dimensi insani, manusia berarti dibangun rohaninya agar hidupnya tidak bebas semau nafsu yang menyebabkan diri dan orang lain direndahkan. Sedang dalam dimensi basyari manusia bersedia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (materi).

(sumber:republika)

Post a Comment

 
Top