doa nabi sulaiman
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S. An-Naml : 40)

Kita semua tentu mengenal istilah harta karun, yaitu harta yang terpendam di dalam bumi atau lautan yang merupakan peninggalan orang-orang terdahulu di suatu tempat tertentu. Istilah harta karun berkaitan dengan kisah salah seorang dari umat Nabi Musa 'alahissalam yang bernama Qarun bin Yezhar bin Kehat, sepupu Nabi Musa sendiri, Qarun dianugerahi harta yang berlimpah ruah, sampai-sampai kunci-kuncinya saja dipikul oleh beberapa orang yang kuat-kuat, Al-Qur'an menggambarkannya:

"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri"." (Q.S. Al-Qashash : 76).

Namun, harta yang dilimpahkan kepadanya justru menjadikan Qarun sombong, tidak mau mengeluarkan zakat, berbangga diri dan suka memamerkan kekayaannya di depan kaumnya. Sebagian kaumnya yang berpikiran bijak sudah mengingatkan Qarun agar ia tidak berbangga diri dengan harta yang dianugerahkan kepadanya, dan hendaklah memikirkan bagiannya kelak di akhirat, dengan tidak melupakan kehidupan dunia, namun Qarun ternyata menolak semua nasehat orang-orang bijak dari kaumnya, ia lupa bahwa pada hakikatnya harta yang dimilikinya adalah milik Allah, yang kapan pun dapat mengambilnya kembali, Qarun justru dengan sombongnya mengatakan, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), hanya karena ilmu yang ada padaku". Menurut Ibnu Katsir, maksud perkataan Qarun tersebut adalah bahwa "Aku tidak perlu nasehat kalian, karena Allah memberi harta kepadaku karena memang aku berhak dan karena Allah cinta kepadaku".

Inilah awal kesalahan Qarun, cara berpikir yang salah tentang harta, ia menyimpulkan bahwa harta merupakan alamat kecintaan Allah kepadanya, padahal tidaklah demikian, apalagi ketika harta tersebut tidak dapat mendorong seseorang berbuat kebaikan justru harta itu menjadi musibah besar baginya. Kecintaan Allah kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya semakin dekat kepada Allah
`azza wa jalla dengan senantiasa beramal ibadah kepada-Nya sama sekali tidak berkaitan dengan miskin atau kaya. Atau dalam istilah lain bahwa yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.

Jiwa yang gelap pada diri Qarun akibat kecintaan yang berlebih terhadap harta, menjadikannya memusuhi Nabi Musa diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas rahimahullah, bahwa ketika Nabi datang membawa perintah untukl menunaikan zakat, Qarun pun menghasut kaumnya untuk memusuhi Musa, akhirnya Qarun pun dengan dukungan orang-orang yang mengikutinya, memunculkan fitnah dengan memberikan sejumlah harta benda kepada seorang wanita pezina untuk memfitnah Musa di depan orang banyak bahwa ia berzina dengannya, Nabi Musa pun berdoa kepada Allah, dan Allah memerintahkan bumi untuk taat kepada Nabi Musa. Akhirnya sifat kesombongan Qarun ini, menyebabkan dia dan hartanya ditenggelamkan ke dalam bumi.

Nabi Sulaiman 'alahissalam ketika diberikan Nikmat
Apa yang diucapkan Qarun ketika diberikan harta, berbeda dengan yang diucapkan Nabi Sulaiman 'alahissalam, seorang Nabi yang diberikan kekayaan yang tidak ada lagi yang dapat menyainginya setelahnya, dan ini seharusnya dapat kita contoh.

Nabi Sulaiman 'alahissalam mendapatkan bimbingan dari Allah `azza wa jalla, ketika beliau mendapatkan nikmat dari Allah, beliau memuji Allah, ia berkata, "Inilah keutamaan dari Rabb-ku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau aku kufur, siapa yang bersyukur dia bersyukur bagi dirinya sendiri dan siapa yang kufur maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S. An-Naml : 40)

Pengakuan atas keutamaan Allah (fadhlullah)  yang diberikan inilah yang membuat Nabi Sulaiman menyadari bahwa nikmat yang diberikan kepadanya merupakan titipan sekaligus ujian baginya, apakah beliau akan bersyukur atau sebaliknya kufur.

Semua yang ada dimiliki oleh kita, pada dasarnya adalah keutamaan dari Allah, baik itu harta, fisik, kecerdasaan dan kepintaraan, keluarga yang banyak dan lain-lainnya, semuanya adalah ujian bagi keimanan kita. Namun demikian, banyak yang sering kita lupa akan hal itu, sehingga kita menyangka yang kita miliki saat ini adalah benar-benar milik kita, sehingga sering kali kita menganggap bahwa nikmat yang kita dapatkan adalah yang kita usahakan sedangkan Allah nomor dua setelah itu. Biasanya sifat seperti ini akan menghalangi manusia beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia yang lainnya bahkan justru menjadikannya sebagai agen penyebar kerusakan di antara manusia dan memusuhi kebenaran.

Kisah-kisah Bani Israil banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an, tidak lain agar kita dapat mengambil ibroh pelajaran darinya, kisah pertama adalah kisah Qarun yang berakhir dengan adzab Allah, sedangkan kisah kedua adalah kisah Nabi Sulaiman 'alahissalam yang bersyukur kepada rabbnya.

Kunci Sukses Nabi Sulaiman dalam Mengelola Harta
Kunci kesuksesan Nabi Sulaiman 'alahissalam adalah doa yang dipanjatkannya kepada Allah, sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur'an, ketika Sulaiman melewati sekelompok semut. "Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu, dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (Q.S. An-Naml : 19).

Banyak diantara kita, ketika bertemu baik dengan anak, orang tua atau pun sahabat, kita minta doa terkait keberuntungan duniawi seperti "doaian aku supaya sukses". Amat jarang kita mendengar seseorang minta didoakan agar dapat semakin taat kepada Allah dan dapat menjauhi maksiat.

Bandingkan jika kita perhatikan doa Nabi Sulaiman 'alahissalam dalam ayat di atas, yang dipanjatkannya adalah memohon kepada Allah agar menjadi hamba yang bersyukur, mendapat taufik untuk beramal shaleh dan dimasukkan ke dalam rahmat bersama orang-orang yang shalih. Inilah petunjuk para Nabi yang kita diperintahkan untuk mengikutinya (fabihudahum iqtadih). Doa inilah yang menjadi salah satu kunci sukses Nabi Sulaiman 'alahissalam dalam mengelola harta yang diberikan Allah.

Fitnah dan godaan harta, merupakan godaan yang manis jika godaan itu tidak datang di depan kita, bisa saja ia datang dari samping kita, oleh karenanya selain kita menyadari nikmat yang ada pada kita adalah karunia dari Allah, kita pun harus lebih banyak berdoa kepada Allah agar diberikan taufik dalam ketaatan, terutama doa-doa dalam shalat kita.

Dalam sebuah hadits hasan riwayat imam Ahmad, dari Abdullah bin Amr, bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang shalat, Beliau bersabda, "barang siapa memelihara shalat, ia akan menjadi cahaya, bukti nyata dan keselamatan pada hari kiamat, dan barang siapa tidak memelihara shalat, maka ia tidak memiliki cahaya, bukti nyata dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubayy bin Khalaf". Wallahu A'lam

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.22 Thn.XLII, 11 Sya'ban 1436 H/ 29 Mei 2015 M Oleh Aan Abdurahman, MA)

Post a Comment

 
Top