hikmah menunda kenikmatan

Tak terasa, kita sudah hampir melihat bulan purnama lagi pada malam-malam Ramadhan kita. Itu berarti kita sudah hampir setengah jalan. Hikmah besar apa yang didapat dari shaum yang kita lalui beberapa hari ini ?

Bagi saya, hikmah besar ini muncul justru pada hari pertama shaum. Pada 18 Juni 2015, merupakan shaum pertama untuk putri kecil kami, Alia. Membangunkan dia ketika sedang lelapnya tertidur, terasa nggak tega. Namun, tetap saya paksakan dan bersabar dengan rengekannya. Belum lagi, sedikit memaksanya untuk sahur.

Godaan muncul ketika waktu baru menunjukkan jam sebelas siang. Dia menangis karena lapar dan kehausan. Segala upaya kami lakukan, dan alhamdulillah, Alia menamatkan shaumnya dengan senyuman bahagia. Ketika ia ditanya mau buka jam berapa, serta-merta dia bilang, "Jam enam dong, pas Maghrib!" Jawaban yang membahagiakan, apalagi semangatnya berpuasa ia iringi dengan semangat Tarawih dan Subuh berjamaah. Alhamdulillah.

Pengalaman awal Ramadhan itu mengingatkan saya pada eksperimen terkenal pada 1970-an. Walter Mischel, psikolog dari Yale University, membawa berkotak-kotak marsh mallow ke sebuah kelas di taman kanak-kanak. Anak-anak ditawarkan memakan marshmallow-nya kapan pun mau. Hanya saja, sang psikolog itu berjanji akan memberikan marshmallow lebih banyak jika mereka menunda memakannya dalam 30 menit ke depan.

Lantas, Mischel meninggalkan kelas itu. Mayoritas anak-anak langsung memakan marshmallow-nya, hanya beberapa anak yang menunda dan mereka mendapatkan reward berupa tambahan marshmallow untuk dibawa pulang. Penelitian ini berinterval panjang. Selama 14 tahun, perkembangan anak- anak ini diteliti. Ketika usia dewasa, terdapat perbedaan signifikan dalam studi dan karier anak-anak yang memakan langsung dan menunda.

Mereka yang menunda, ujian tertulisnya lebih tinggi 210 poin dibandingkan yang memakan langsung. Mereka yang mampu menunda kenikmatan lebih bersikap positif. Mereka lebih optimistis dalam hidup, toleran, luwes, mandiri, dan berkompetensi tinggi. Jika eksperimen 30 menit marshmallow menunjukkan dampak luar biasa, bagaimana impactmetode training 30 hari mengharamkan yang jelas-jelas halal sementara waktu tanpa ada supervisi yang memelototi pesertanya?

Mengapa saat ini negara kita masih didera penyakit kronis berupa korupsi, padahal latihan `menunda kenikmatan' ini sudah dilakukan berpuluh kali oleh sebagian besar orang Indonesia? Sepertinya, kita harus mengupayakan pemaknaan spiritual perintah agama ini kepada anak-anak kita, bukan hanya memerintahkan mereka mengikuti ritualnya.

Sudah seharusnya kita kembali memaknai ibadah ini menyeluruh. Mengapa perintah ini sedemikian jelas dan lugas ada di dalam kitab yang tiada keraguan di dalamnya? Apa maksud Allah memerintahkan kita berlapar dan berdahaga ria pada siang hari?

Semoga kita termasuk yang didoakan Nabi Ibrahim sebagai orang-orang yang pandai mengambil hikmah, saleh, berikhtiar optimal, dan meninggalkan peninggalan yang menjadi perkataan yang baik bagi generasi selanjutnya dan kemudian mewarisi surga-Nya kelak. Amin.

(sumber:Republika edisi Rabu, 1 Juli 2015 Hal. 1 Oleh Harri Firmansyah)

Post a Comment

 
Top