ngabuburit di ramadhan

"Bulan Ramadhan yang di dalamnya--mulai--diturunkannya Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang hak dan yang batil." (QS al- Baqarah: 185)

Dulu waktu saya kecil, ketika menjelang sore pada bulan Ramadhan, semua anak-anak ngabuburit dengan mendatangi surau atau masjid. Ngabuburit itu berasal dari kata bahasa Sunda, yaitu burit, yang artinya sore.

Jadi, ngabuburit kurang lebih diartikan menghabiskan waktu sore, menunggu azan Maghrib dengan program-program yang ada di masjid. Setelah siangnya bermain bola, lalu seusai azan Ashar mandi dan langsung pergi ke masjid.

Tentu, program-programnya beragam dan bergantian setiap harinya dari mulai tadarusan, muraja'ah hafalan, kisah para nabi, sampai marawis. Seru, kita bersama anak-anak tetangga lainnya juga mengadakan lomba-lomba, seperti pukul beduk, azan, dan sebagainya.

Namun, tentu lain dulu lain sekarang. Anak-anak sekarang lebih banyak memiliki alternatif daripada anak zaman dulu. Hiburan sekarang banyak sekali, dari mulai yang dihadirkan di televisi, gelaran di mal, atau pameran-pameran pada bulan Ramadhan.

Walhasil, program-program masjid terpinggirkan. Apalagi dengan adanya smartphone, dunia ada di dalam genggaman, dalam artian dunianya dalam telepon genggam tersebut. Jadi, bukan kita yang menggenggam dunia.

Kita seakan-akan menggenggam dunia, padahal kitalah yang dikontrol oleh telepon genggam. Terbalik dari seharusnya, seperti doa yang dipanjatkan para sahabat. Doa Abu Bakar, "Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan hati kami."

Sedangkan, doa sahabat Umar bin Khattab: "Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan dia di lubuk hati kami." Lihatlah, apa dunia dalam genggaman kita atau di dalam hati kita?

Jika dihitung dalam satu hari, berapa lama kita menggenggam telepon genggam? Bahkan, tidur pun kita ditemani telepon genggam kita itu. Tidak salah juga memang sekarang seluruh urusan ada dalam satu genggaman. Hanya hati-hati, jangan sampai masuk dalam hati kita.

Lalu, membuat kita diperbudak oleh urusan-urusan dunia. Ingatlah, Ramadhan merupakan bulan investasi akhirat. Ada di antara sepuluh hari terakhir, terdapat malam Lailatul Qadar. Kita iktikaf sejenak untuk meninggalkan urusan dunia.

Bagaimana pula interaksi kita dengan Alquran dalam bulan Ramadhan ini? Untuk hal ini, di telepon genggam kita, hendaknya kita mengunduh Alquran digital, doa-doa pendek, dan sebagainya.

Memang godaannya ketika baca Alquran di telepon genggam itu adalah pop up (tiba-tiba muncul) notifikasi atau pemberitahuan dari program-program media sosial, seperti Whattsapp, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Itu sering kali membuat kita keluar dulu melihat berita dan kembali ke Alquran, itu pun yang bisa kembali. Namun, kebanyakan "tersesat" di dalam rimba raya informasi-informasi dunia maya tersebut.

(sumber:Republika edisi Kamis, 2 Juli 2015 Hal. 1 Oleh Ustaz Erick Yusuf)

Post a Comment

 
Top