hikmah beristighfar

Dosa ibarat debu. Jika menempel dan tidak segera dibersihkan, akan berkarat dan kotorannya melekat kuat di hati. Sedangkan, usaha untuk membersihkannya tidak lain adalah dengan bertobat dan membaca istighfar.

Sebagai hamba Allah SWT yang tidak pernah luput dari salah dan dosa, sepantasnya kita memperbanyak istighfar, mohon ampun kepada Allah SWT. "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari." (HR Bukhari). Dalam riwayat lain sampai 100 kali dalam sehari (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan gambaran tobat dan istighfarnya Nabi Muhammad SAW. Meski telah mendapat jaminan ampunan dan surga dari Allah SWT, beliau tetap bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan bertobat kepada-Nya. Paling tidak terdapat empat keutamaan amaliah istighfar. Pertama, istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran: 135).

Kedua, istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum Nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka (QS Hud: 52).

Bahkan, Rasulullah dalam salah satu hadisnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan di antaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar. Karenanya, bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar kepada Allah SWT.

Ketiga, istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah SWT. Ketika menafsirkan surah al-Anfal: 33, "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun."

Ibnu Katsir menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelamat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar." Bahkan, Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.

Keempat, istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rezeki, dan memelihara seseorang. Ibnu Katsir menafsirkan surah Hud: 52 menukil hadis Rasulullah SAW yang bersabda, "Barang siapa yang mampu mulazamah atau kontinu dalam beristighfar, maka Allah akan menganu gerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan, dan memberi rezeki dengan cara tidak disangka." (Ibnu Majah).

(sumber:Republika edisi Jumat, 7 Agustus 2015 Hal. 1 Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top