Keberadaan Muhammadiyah tak bisa dilepaskan dari sosok KH Ahmad Dahlan. Pemilik nama kecil Muhammad Darwis ini lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Di kota ini pulalah ia mendirikan organisasi tersebut. Gagasan pembaruan yang diusung oleh putra keempat dari tujuh bersaudara itu sempat mendapatkan resistensi.

Namun, ia tetap meneguhkan langkah dan melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di Tanah Air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Kauman, Yogyakarta, menjadi saksi perjuangan `Sang Pencerah' tersebut. Ada banyak jejak yang bisa mengingatkan kita kembali dengan kiprah perjuangannya. Berikut ini beberapa jejak Kiai Dahlan yang masih bertahan hingga kini:

jejak pendiri muhammadiyah

Kawedanan Pengulon

Bangunan yang berlokasi di sebelah utara Masjid Gedhe, Kauman, Yogyakarta, ini adalah tempat badan keagamaan Kasultanan Yogyakarta. Badan ini dipimpin oleh kiai penghulu yang bertanggung jawab terhadap urusan keagamaan di wilayah kesultanan.

Di sinilah, Kiai Dahlan disidang oleh Kiai Penghulu Kamaludingingrat terkait arah kiblat Masjid Gedhe. Usulan perubahan kiblat yang disampaikan oleh Kiai Dahlan ditolak. Puncak penolakan tersebut, Langgar Kidoel milik keluarga besar Kiai Dahlan dirobohkan.

jejak pendiri muhammadiyah

Pendopo Tabligh

Di pendopo inilah, Kiai Dahlan mengikrarkan berdirinya Muhammadiyah pada 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah/18 November 1912 M. Pendopo ini adalah milik dari salah seorang murid Kiai Dahlan. Sebelum berikrar, gagasan mendirikan Muhammadiyah tersebut, antara lain, didorong oleh saran muridnya agar Sang Kiai membentuk organisasi yang menaungi sekolah.

Para murid khawatir, jika Allah SWT memanggil Kiai Dahlan, tak lagi ada penerus. Pendopo ini termasuk satu dari dua pendopo, di samping Pendopo Pengulon yang masih bertahan sampai sekarang.


jejak pendiri muhammadiyah
TK Bustanul Athfal

Masih di sekitar Kauman, ruangan ini pernah dijadikan oleh Kiai Dahlan untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat. Sebelum difungsikan sebagai Taman Kanak-Kanak `Aisyiyah Bustanul Athfal pada 1922, Nyai Dahlan juga menggunakan ruangan tersebut untuk pengajian perkumpulan Sopo Tresno yang terbentuk pada 1914.

Bahkan di ruangan ini pulalah, Jenderal Soedirman meminta restu kepada Nyai Dahlan sebelum berperang. Setelah difungsingkan sebagai TK yang beralih nama Bustanul Athfal pada 1924, lembaga pendidikan kanak-kanak itu tercatat sebagai TK pertama di Hindia Timur.

(sumber:Republika edisi Minggu, 9 Agustus 2015 Hal. 13 Oleh Nashih Nashrullah)

Post a Comment

 
Top